Balai Besar MKG Wilayah III Denpasar adakan Rapat Koordinasi Wilayah Tahun 2023

  • HB Risya
  • 09 Mar 2023
Balai Besar MKG Wilayah III Denpasar adakan Rapat Koordinasi Wilayah Tahun 2023

Mataram - Kamis (9/3) , Plt. Deputi Bidang Klimatologi BMKG Dr. Ir. Dodo Gunawan, DEA membuka secara resmi kegiatan Rapat Koordinasi Wilayah Tahun 2023 yang diselenggarakan oleh Balai Besar MKG Wilayah III Denpasar dengan mengusung tema "Melalui Rapat Koordinasi Wilayah Tahun 2023 Kita Wujudkan Perencanaan yang Transparan, Responsif dan Akuntable Menuju BMKG Berkelas Dunia".

Rakorwil ini dilaksanakan bertujuan untuk menyusun program dan kegiatan anggaran TA. 2024, sebagai tindak lanjut dari program jangka pendek, menengah dan jangka panjang Rencana Pembangunan BMKG, serta merekap permasalahan dan kendala dalam melaksanakan anggaran tahun 2023 dan perencanaan tahun 2024 ditingkat Satker maupun Wilayah dilingkungan Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III. Kegiatan ini bertempat di Ballroom Lombok Raya Hotel Mataram berlangsung selama 4 hari dari tanggal 6 sampai 9 Maret 2023.

Dalam sambutannya Plt. Deputi Bidang Klimatologi menyampaikan bahwa sesuai dengan tema yang diusung dalam rakorwil tahun 2023 maka dalam pelaksanaan TA 2023 dan penyusunan perencanaan anggaran TA 2024 agar lebih transparan dan terbuka dalam menggunakan anggaran, responsif terhadap perubahan yang terjadi di pemerintah dan kebijakan pimpinan BMKG, serta akuntabel dalam pelaksanaan pembangunan BMKG baik di pusat dan di daerah.

Sebagai langkah nyata untuk perbaikan penyusunan program dan anggaran, diinstruksikan beberapa hal kepada seluruh pejabat dan pegawai BMKG baik di pusat maupun di daerah, yaitu:

  1. Mengevaluasi pelaksanaan anggaran tahun 2022 secara komprehensif, jangan sampai permasalahan dan kendala terulang lagi pada tahun anggaran di masa mendatang;
  2. Mempersiapkan pelaksanakan anggaran tahun 2023 secara cermat, mulai dari Laporan Kesiapan, Pengadaan Barang/Jasa, Pencatatan Asset BMN, Pelaporan, serta pengendalian dan pengawasan;
  3. Merencanakan anggaran TA 2024 secara integral, dengan melakukan sinkronisasi kebijakan top down dan usulan bottom - up, selaraskan dengan dokumen perencanaan jangka panjang (Renduk BMKG), jangka menengah (Renstra BMKG), jangka tahunan (RKT BMKG) serta membuat daftar urutan prioritas kegiatan yang mendukung Prioritas Nasional.

Di akhir sambutannya, Dodo Gunawan menyampaikan ucapan terimakasih kepada Kepala Balai Besar Wilayah III, Para Koordinator Provinsi, dan Para Kepala Stasiun MKG yang telah mempersiapkan Rakorwil dengan baik, harapannya Rakorwil 2023 ini akan menghasilkan Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja TA 2024 secara baik dan berorientasi pada hasil.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024