Audiensi BMKG dengan Kemenpan RB: Penguatan Kelembagaan untuk Manajemen Cuaca

  • Kholis Nur Cahyo
  • 05 Sep 2023
Audiensi BMKG dengan Kemenpan RB: Penguatan Kelembagaan untuk Manajemen Cuaca

Jakarta, 05 September 2023 - Bertempat di Kantor Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB), berlangsung pertemuan penting antara Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB), Abdullah Azwar Anas, dengan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati. Audiensi ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk memperkuat kelembagaan dalam manajemen cuaca dan iklim nasional. Keberadaan BMKG sebagai lembaga operasional yang memiliki salah satu fokus utama pemantauan cuaca dan iklim ini menjadi sangat vital dalam mendukung berbagai aspek pembangunan nasional.

"Pertemuan tersebut dilakukan dalam rangka membahas penguatan kelembagaan yang fokus pada manajemen cuaca yang khusus menangani penerapan operasional terkait pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan dan/atau menurunkan komposisi unsur meteorologi, klimatologi, dan geofisika," jelas Dwikorita.

Dalam audiensi yang berlangsung hangat, Menpan RB Abdullah Azwar Anas menyambut baik kehadiran Dwikorita Karnawati dan delegasi BMKG. Turut hadir dalam kegiatan tersebut Sekretaris Utama BMKG Dwi Budi Sutrisno, Sekretaris Kementerian PANRB Rini Widyantini, serta sejumlah Pejabat Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama di lingkungan BMKG dan Kemenpan RB.

Abdullah Azwar Anas menekankan perlunya upaya serius dalam pemantauan perkembangan cuaca, mitigasi terhadap perubahan iklim, pengendalian bencana karhutla, serta dukungan terhadap Program Ketahanan Pangan Nasional yang saat ini menjadi salah satu prioritas pemerintah. Selain itu, dalam pertemuan tersebut, dibahas juga tentang perluasan tugas dan fungsi BMKG, terutama dalam mendukung penyelenggaraan event olahraga dan agenda kenegaraan. Penambahan tugas ini bertujuan untuk memastikan bahwa BMKG dapat memberikan kontribusi maksimal dalam memastikan kelancaran acara penting di tingkat nasional, sekaligus memitigasi dampak cuaca yang terjadi.

Dwikorita mengungkapkan apresiasi atas dukungan yang diberikan oleh Menpan RB Abdullah Azwar Anas dan Kementerian PANRB dalam pengembangan dan penguatan BMKG. Pertemuan ini menegaskan komitmen bersama dalam menjaga keberlanjutan manajemen cuaca dan iklim di Indonesia serta memastikan BMKG tetap menjadi lembaga yang dapat memberikan solusi terbaik dalam menghadapi berbagai tantangan cuaca dan iklim di masa depan.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024