Asah Keterampilan Komunikasi di Bidang Geofisika, Pusdiklat BMKG Gelar Pelatihan Teknis ToT Science Communication IDRIP 2023

  • Kholis Nur Cahyo
  • 29 Mei 2023
Asah Keterampilan Komunikasi di Bidang Geofisika, Pusdiklat BMKG Gelar Pelatihan Teknis ToT Science Communication IDRIP 2023

Bogor (28 Mei 2023) - Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bekerja sama dengan Kedeputian Bidang Geofisika menggelar acara pembukaan Pelatihan Teknis ToT Science Communication IDRIP 2023. Acara yang berlangsung mulai tanggal 28 Mei hingga 4 Juni 2023 ini diselenggarakan di hotel Ibis Style Bogor Raya. Dalam acara pembukaan tersebut, Deni Saiful, selaku Pelaksana Harian (Plh.) Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan BMKG, menyambut baik kehadiran peserta dan mengungkapkan pentingnya pelatihan ini.

Acara yang dilanjutkan dengan sambutan sekaligus dibuka langsung oleh Dr. Muzli, M.Sc., selaku Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Geofisika menegaskan bahwa pentingnya komunikasi yang efektif dalam memberikan informasi kepada masyarakat. "ToT IDRIP Science Communication memfasilitasi peserta dalam mendukung tujuannya meningkatkan keterampilan berkomunikasi yang baik dan benar serta sasaran mempersiapkan ASN BMKG, khususnya di Bidang Geofisika, dalam penyajian materi pembelajaran sehingga bermuara kepada meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada BMKG dalam layanan informasi gempa bumi dan tsunami yang akurat yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat," ujar Muzli.

Selain itu, Dr. Muzli juga berharap agar 40 peserta pelatihan yang berasal dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) BMKG di seluruh Indonesia dapat meningkatkan kompetensi, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku mereka dalam melaksanakan tugas teknis geofisika secara profesional. Ia menekankan pentingnya kepribadian yang kokoh serta semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan dan pengayoman kepada masyarakat dengan penuh rasa tanggung jawab.

Rangkaian pelatihan yang berlangsung selama seminggu penuh, peserta akan belajar tentang public speaking, strategi komunikasi risiko gempa bumi dan tsunami, teknik berbicara di radio dan televisi, Teknik berhubungan dengan media, serta praktik science communication. Pelatihan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam peningkatan kemampuan komunikasi ASN BMKG di bidang geofisika.

Pelatihan Teknis ini merupakan bukti nyata dari komitmen BMKG untuk terus meningkatkan kompetensi dan profesionalisme ASN BMKG di bidang geofisika. Diharapkan melalui pelatihan ini, BMKG dapat semakin menjadi lembaga yang terpercaya dan memberikan layanan informasi yang akurat bagi masyarakat Indonesia.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024