Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian III April 2021

  • Dedy Banurea
  • 02 Mei 2021
Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian III April 2021

Analisis dan Prediksi ENSO dan IOD: Dasarian III April 2021, indeks ENSO menunjukkan kondisi netral, sebagian besar institusi memprediksi kondisi netral setidaknya akan berlangsung hingga November 2021. Indeks Dipole Mode menunjukkan kondisi IOD Netral, dan diprediksi tetap pada kategori Netral setidaknya hingga Oktober 2021.

Analisis dan Prediksi Angin 850mb: Aliran massa udara di wilayah Indonesia bagian selatan ekuator umumnya sudah didominasi angin timuran, sedangkan angin baratan masih bertiup di wilayah Sumatera bagian utara dan Kalimantan. Zona konvergensi terbentuk di sekitar Sumatera Barat, Riau, Kalimantan bagian timur, dan Papua. Pola siklonal terbentuk di Papua Barat bagian utara, dan sekitar Laut Arafuru. Kecepatan angin umumnya relatif lebih kuat dibanding normalnya.. Pada dasarian I Mei 2021, Aliran massa udara di seluruh wilayah Indonesia diprediksi didominasi angin timuran. Pola siklonal diprediksi tidak terbentuk di wilayah Indonesia. Zona konvergensi diprediksi terjadi di Sumatera bagian utara, Kalimantan bagian barat, sekitar selat Makassar, dan Papua.

Analisis OLR: Daerah pembentukan awan (OLR = 220 W/m2) terjadi di wilayah Sumatera bag. Utara hingga tengah, Kalimantan, Sulawesi bag. Tengah, Papua Barat dan Papua. Tutupan awan di wilayah Indonesia umumnya lebih sedikit daripada normalnya.

Analisis dan Prediksi MJO: Analisis pada tanggal 30 April 2021 menunjukkan MJO aktif di fase 1 dan diprediksi tetap aktif hingga akhir dasarian I Mei 2021 dan bergerak menuju fase 2. Berdasarkan peta prediksi spasial anomali OLR, wilayah kering mendominasi seluruh wilayah Indonesia hingga pertengahan dasarian I Mei 2021, kemudian kondisi basah mulai menguat mendominasi wilayah Indonesia hingga pertengahan dasarian II Mei 2021.

Analisis dan Prediksi Kelembapan Udara Relatif (RH) : Dasarian III April 2021, Kelembapan udara relatif (relative humidity) pada lapisan permukaan umumnya di atas 80%. Kelembapan udara relatif pada lapisan permukaan umumnya diprediksi sekitar 80% hingga Dasarian III Mei 2021.

Analisis dan Prediksi Suhu: Dasarian III April 2021, suhu rata-rata permukaan berkisar 22-29°C dan diprediksi dasarian I s.d. III Mei 2021 umumnya berkisar 22- 30°C. Suhu minimum diprediksi umumnya berkisar 20 - 26°C dan suhu maksimum diprediksi umumnya berkisar 24-32°C.

Peringatan Dini Kekeringan Meteorologis: Peringatan Dini Kekeringan meteorologis di beberapa kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku berpotensi mengalami kekeringan meteorologis pada klasifikasi waspada,siaga dan awas hingga dua dasarian kedepan.

Analisis Curah Hujan Dasarian III April 2021 : Umumnya curah hujan pada Dasarian III April 2021 berada kriteria Rendah - Menengah (0 - 150 mm/dasarian). Curah hujan tinggi dan sangat tinggi (> 150 mm/dasarian) terjadi di sebagian kecil Sumatera Utara dan sebagian kecil Riau, sebagian kecil Kalimantan Tengah dan sebagian kecil Papua.

Analisis Perkembangan Musim Kemarau Dasarian III April 2021: Berdasarkan jumlah ZOM, 9.94% wilayah Indonesia sudah masuk musim kemarau. Wilayah yang sedang mengalami musim kemarau meliputi Aceh, sebagian Sumatera Utara, Jawa Barat bagian utara, sebagian Cilacap, sebagian Jawa Timur, sebagian Bali, sebagian NTB, sebagian NTT, Kalimantan Selatan bagian timur, Sulawesi Selatan bagian selatan dan timur, Sulawesi Utara bagian selatan dan timur, Maluku Utara bagian barat, Papua Barat bagian timur, dan Papua bagian tengah.

Prakiraan Curah Hujan Dasarian I - III Mei 2021: Pada Mei I - III 2021 umumnya diprakirakan curah hujan berada di kriteria menengah (50 - 150 mm/dasarian). Wilayah yang diprakirakan mengalami hujan kategori tinggi (> 150 mm/dasarian) pada Mei I - II meliputi Papua bagian tengah; pada Mei III meliputi Papua Barat bagian utara dan Papua bagian tengah.

Prakiraan Curah Hujan Atas 300 mm/bulan untuk Bulan Mei - Oktober 2021 : Pada bulan Mei berpeluang terjadi di Aceh bagian selatan, Kalimantan Utara bagian utara, Kalimantan Timur bagian utara, sebagian besar Sulawesi, sebagian Maluku Utara, sebagian Maluku, Papua Barat bagian utara, dan sebagian besar Papua. Pada bulan Juni - Juli berpeluang terjadi di Kalimantan Utara bagian utara, Sulawesi Barat bagian tengah, sebagian Sulawesi Tengah, sebagian Maluku Utara, Papua Barat bagian utara, dan sebagian Papua. Pada bulan Agustus - Oktober berpeluang terjadi Sumatera bagian utara, Kalimantan bagian utara, Sulawesi Barat bagian tengah, Sulawesi Tengah bagian barat, sebagian Maluku Utara, Papua Barat bagian utara, dan sebagian besar Papua.

Prakiraan Awal Musim Kemarau pada bulan Mei 2021 terjadi di Nusa Tenggara, Bali, dan sebagian Jawa.

 

- Klik tautan ini jika PDF di atas tidak muncul.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024