Analisis Dinamika Atmosfer dan Laut Dasarian II Oktober 2017

  • Mohammad Ridwan
  • 25 Okt 2017
Analisis Dinamika Atmosfer dan Laut Dasarian II Oktober 2017

ANALISIS HTH DASARIAN II OKTOBER 2017 (HTH > 60 Hari)

JAWA TIMUR :Bangkalan (165), Banyuwangi (120), Pamekasan (84), Probolinggo (126), Surabaya (83). BALI : Buleleng (129), Karangasem (101), NUSA TENGGARA BARAT : Bima (186), Lombok Timur (166), Sumbawa (103)
. NUSA TENGGARA TIMUR : Kota Kupang (185), Malaka (79), Sabu Raijua (169), Sumba Timur (186), Timor Tengah Selatan (137), Timor Tengah Utara (131).

PREDIKSI DASARIAN III OKTOBER 2017

  • Aliran massa udara di wilayah Indonesia di bagian selatan Ekuator masih didominasi Angin Timuran, sedangkan di Sumatera bag. utara hingga tengah, Kalimantan bag.utara, Sulawesi bag.utara dan Papua bag.utara mulai di dominasi Angin Baratan. Terdapat belokan angin di sepanjang garis khatulistiwa mulai dari perairan barat Sumatera, Kalimantan hingga Sulawesi serta pola siklonik di perairan Maluku yang mendukung pembentukan awan hujan.. Berdasarkan indeks Monsun Asia dan Autralia mengindikasikan peluang bertambahnya curah hujan di sekitar Kalimantan bag.barat, Sumatera bag.tengah, Jawa bag.barat, dari segi anomali SST Indonesia potensi penguapan masih signifikan disekitar Papua terutama bagian utara.
  • Prediksi curah hujan dasarian, Curah hujan sebagian besar pada kisaran menengah (50 - 150 mm/Das), kecuali di bagian utara dan timur Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Sulawesi bag.selatan dan selatan Meuroke berpeluang curah hujan rendah (>50mm/Das).
  • Daerah yang berpotensi curah hujan tinggi DAS III Oktober : berpeluang disekitar : perbatasan Aceh Sumut, Bengkulu dan Lampung selatan, bag.barat Jabar sekitar Bogor, Sukabumi dan Cainjur, bag.barat Kalbar, Papua barat bag.barat dan Papua bagian tengah.

PREDIKSI BULAN NOVEMBER 2017

Prediksi Curah Hujan pada kisaran menengah sampai tinggi (200- 500mm/bulan). Curah Hujan rtinggi berpeluang di sebagian besar Sumatera kecuali bag.tengah, Jawa bag tengah dan selatan (banten, Jabar, Yogya dan Jateng) bag.barat Kalbar, bag.tengah Sulawesi sekitar Sulbar, Meuroke Papua, Pulau Timor bag.utara. Sifat Hujan didominasi Atas Normal, terutama Sumatera bag.selatan dan Aceh, Kalimantan bag.pesisir barat dan selatan, Jawa bali nusta, sampai Sulawesi, sebagian besar Maluku dan Papua sekitar Meuroke.

ANALISIS HTH DASARIAN II OKTOBER 2017 (HTH > 60 Hari)
JAWA TIMUR :Bangkalan (165), Banyuwangi (120), Pamekasan (84), Probolinggo (126), Surabaya (83). BALI : Buleleng (129), Karangasem (101), NUSA TENGGARA BARAT : Bima (186), Lombok Timur (166), Sumbawa (103)
. NUSA TENGGARA TIMUR : Kota Kupang (185), Malaka (79), Sabu Raijua (169), Sumba Timur (186), Timor Tengah Selatan (137), Timor Tengah Utara (131).

- Klik tautan ini jika PDF di atas tidak muncul.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024