Analisis Dinamika Atmosfer dan Laut Dasarian II Mei 2018

  • Mohammad Ridwan
  • 23 Mei 2018
Analisis Dinamika Atmosfer dan Laut Dasarian II Mei 2018

PREDIKSI DASARIAN III MEI 2018

Aliran massa udara didominasi Angin Timuran kecuali Sumatera bagian utara, pola siklonik terdapat di perairan barat Sumatera, terjadi belokan angin di Kalimantan bagian barat sampai Sumatera bagian tengah yang mendukung pembentukan awan hujan di wilayah-wilayah tersebut, berdasarkan Indeks Monsun Asia dan Autralia mengindikasikan adanya peluang penambahan curah hujan di Sumatera bag.tengah, Kalimantan Barat dan Jawa bag.barat akan tetapi terdapat pengurangan curah hujan di Jawa bagian timur, Bali dan Nusa Tenggara.

Waspada Kurangnya Curah Hujan Dasarian III Mei 2018Wilayah dengan curah hujan rendah <50 mm terdapat Jawa Barat bagian timur, Jawa Tengah bagian timur, Jogyakarta dan Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara. Papua bagian selatan sekitar Merauke.

Waspada Curah Hujan Tinggi Dasarian III Mei 2018Peluang curah hujan tinggi berpeluang terjadi di disekitar Pesisir selatan Sumatera mulai selatan Aceh sampai Bengkulu, Belitung barat, Bangka selatan, Kalimantan bag.utara dan Pesisir selatan Kalimanatan, Sebagian besar Sulawesi Kecuali Sulut, P Buru bag.selatan, sebagian kepala burung Papua Barat, dan sekitar Pegunungan Jayawijaya Papua.

PREDIKSI HUJAN BULAN JUNI 2018Secara umum pada kisaran menengah (50-300mm/bulan), wilayah dengan curah hujan <50 mm/bulan terdapat di sekitar Purwodadi (Jateng)sampai Madiun (Jatim) Jogya bag.selatan, Pesisir utara Banyuwangi, P.Lombok, Subawa bag.timur dan barat laut, sebagian besar NTT, Mopah dan P Kimaam Meuroke, sedangkan curah hujan tinggi >300mm berpeluang disekitar Kalimanatan Utara bag.utara, sebagian kecil Sulawesi Barat bag. selatan, bag.selatan Poso, Bulukumba Sulteng, Papua barat sekitar kepala burung dan sekitar pegunungan Jayawijaya. Sifat Hujan umumnya normal. Atas Normal (AN) berpeluang di sebagian Aceh, Sumut bag.utara, Bengkulu, Lampung bag. selatan, sebagian Pantura Jawa Barat, Madura bag.timur, Kalimantan Utara bag. barat, P.Sumbawa NTB dan sebagian kecil NTT, Sulawesi Barat, Bag.utara Sulawesi Tenggara, Gorontalo dan bag.selatan Sulut, Maluku Utara, P Buru Maluku, bag.utara Papua Barat dan Papua bag. utara dan tengah. Sifat Hujan Bawah Normal (BN) diprediksi terjadi sebagian kecil Sumut, Jawa, sebag.kecil Sulawesi Selatan bag.selatan Papua bag.selatan sekitar Meurauke dan Sentani.

- Klik tautan ini jika PDF di atas tidak muncul.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024