Analisis Dinamika Atmosfer dan Laut Dasarian I Juni 2018

  • Mohammad Ridwan
  • 14 Jun 2018
Analisis Dinamika Atmosfer dan Laut Dasarian I Juni 2018

PREDIKSI JUNI II 2018Aliran massa udara didominasi Angin Timuran hampir diseluruh wilayah Indonesia, kecuali sekitar Sumatera bagian utara, pola siklonik terdapat diperairan barat Sumatera, yang mendukung pembentukan awan hujan di wilayah-wilayah tersebut. berdasarkan Indeks Monsun Asia dan Autralia mengindikasikan adanya peluang pengurangan curah hujan di Sumatera bag.tengah, Kalimantan Barat dan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, didukung dengan anomali negatif SST perairan Indonesia bagian tengah, wilayah Indonesia yang didominasi wilayah subsiden menjadi penghambat pembentukan awan hujan.

Waspada Kurangnya Curah Hujan Dasarian II Juni 2018Wilayah dengan curah hujan rendah <50 mm terdapat di Aceh bag selatan, Riau, Jambi, sebagian besar Jawa, Kalimantan dan Papua bagian selatan sekitar Merauke. HTH Ekstrim > 60 hari terdapat di :
Jawa Tengah: Bangsri Bpp (62) Jawa Timur : Bantur (68), Cerme (67), Dam Jeru (64), Kawah Ijen (71), Kedungdung (71), Lijen Jambu (67) Bali : Kemenuh(72), Klumpu (75), Sambirenteng (Gretek) (72), Sumber Klampok (64), Tanah Lot(Beraban) (113), Tejakula (69), Tianyar (68), NTB : Batu Nyala (69), Bolo (70), Jerowaru (77), Kokok Putih Sembalun (79), Madapangga (69), Masbagik (64), Mertak (70), Mujur (69), Plampang (71), Pringgabaya (63), Sape 2 (83), Sembalun (67) NTT : Danga (82), Feapopi (67), Kawangu (70), Temu/Kanatang (72), Wulandoni (73).

Waspada Curah Hujan Tinggi Dasarian II Juni 2018Peluang curah hujan tinggi berpeluang terjadi di disekitar bag.barat Luwuk, Papua Barat bag.kepala dan sekitar pegunungan Jayawijaya Papua.

PREDIKSI CURAH HUJAN BULAN JUNI 2018Secara umum pada kisaran menengah (0-300mm/bulan), wilayah dengan curah hujan <50 mm/bulan terdapat di Aceh bag selatan, Riau, Jambi, sebagian besar Jawa, Kalimantan dan Papua bagian selatan sekitar Merauke. Curah hujan tinggi > 300mm/bulan terdapat di Aceh bag barat, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Kalimantan Utara bag.utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah bag,timur, Sulawesi Tenggara bag.utara, P. Sumbawa, Maluku Utara, Papua Barat bag.utara , Papua bag. tengah. Sifat Hujan didominasi Bawah Normal dan Atas Normal, curah hujan AN berpeluang terjadi di Aceh bag.utara, bag.selatan Sumbar dan utara Bengkulu bag.selatan Sumsel, sebag.Lampung, Pantura Banten dan Jabar, Bandung, bag.timur Jateng sekitar Sidoarjo dan Malang, Pantura dan selatan Banyuwangi Jatim, P.Sumbawa, P.Flores bag.tengah, sekitar Kupang, Kaltara bag.barat, bag.selatan Palangkaraya, Sulawesi bag.tengah dan Utara, P.Buru dan P. Halmahera, bag,uatar kepala Burung Papua Barat, bag.utara Papua dan sekitar wilayah Pegunungan Jayawijaya.

- Klik tautan ini jika PDF di atas tidak muncul.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024