2nd International Conference on Organic Agriculture in The Tropics (ORGATROP)

  • Ayu Isrianti Putri
  • 28 Okt 2021
2nd International Conference on Organic Agriculture in The Tropics (ORGATROP)

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc, Ph.D berkesempatan menjadi pembicara pada acara the 2nd International Conference on Organic Agriculture in The Tropics (ORGATROP) yang diselenggarakan oleh Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Acara yang dilakukan secara daring (online) ini berlangsung selama 2 (dua) hari mulai 28-29 Oktober 2021.

Dengan mengusung tema "Pertanian Organik sebagai Agro-Sistem berkelanjutan untuk Mendukung Produksi Pertanian dan Keamanan Pangan di bawah ancaman Perubahan Iklim" tujuan diselenggarakan konferensi internasional kali ini untuk mencegah dan mengantisipasi dampak negative dari berbagai ancaman. Seperti diketahui bahwa tantangan pengembangan pertanian organic masih sangat banyak, khususnya terkait dengan perubahan iklim, bencana alam, wabah hama dan penyakit.

Pada kesempatan ini, Kepala BMKG memberikan paparan kepada peserta dan menjelaskan tupoksi BMKG khususnya dalam memberikan kontribusi konkrit dalam melakukan serangkaian pengamatan sistematis terkait perubahan iklim yang telah dilakukan untuk jangka waktu 30 hingga 100 tahun.

Lebih lanjut Ia menambahkan, dari pengamatan yang telah dilakukan oleh BMKG, secara signifikan menunjukkan tren peningkatan suhu atau pemanasan secara lokal dan regional, yang memiliki keterkaitan dengan peningkatan frekuensi, intensitas, dan durasi kejadian ekstrim dan juga fenomena anomali iklim. Oleh karena itu sering terjadinya bencana Hidro Meteorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, siklon tropis dan bencana terkait lainnya.

Di akhir sesi, Dwikorita berharap dengan paparan yang diberikan dapat memberikan pencerahan untuk diskusi tentang tren dan potensi dampak perubahan iklim di Indonesia, Yang perlu dipertimbangkan secara menyeluruh dalam program Pengembangan Pertanian Organik.

Konferensi internasional kali ini dihadiri oleh Peneliti, ilmuwan, para pelajar / mahasiswa, para stakeholders dam pembuat kebijakan lainnya. Selain kepala BMKG juga dihadiri oleh pembicara lain, yaitu ; Husnain selaku Kepala Pusat Sumber Daya Lahan Pertanian, Penelitian dan Pengembangan Indonesia, Prof. Budiman Minasny dari University of Sidney Australia, Prof. Iin Handayani dari Murray State University, Kentucky, USA, Prof. Damien Field dari University of Sidney Australia, Prof. Keitaro Tawaraya dari Yamagata University Japan, Melissa Parks dari Oregon State University, USA, Prof. Dr. Ir. Azwar Ma'as dari Universitas Gadjah Mada, Prof. Gerold Rahmann selaku President of ISOFAR Germany, Prof. Michael Bohme dari Humboldt University of Berlin Germany, Prof. Yo Toma dari Hokkaido University Japan, dan yang terakhir Dr. Spyros Paparrizos dari Wageningen University and Research Netherland.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024