13 Tahun Gempa Nias, Stageof Gunungsitoli Gandeng RRI Tingkatkan Tanggap Bencana

  • Dwi Rini
  • 29 Mar 2018
13 Tahun Gempa Nias, Stageof Gunungsitoli Gandeng RRI  Tingkatkan Tanggap Bencana

Gunungsitoli, Rabu (28/3), bertepatan pada 13 tahun yang lalu tanggal 28 Maret 2005 Gempabumi berkekuatan 8,6 SR terjadi di Nias dan berdampak hingga Kota Gunungsitoli.

Dalam rangka memperingati 13 Tahun Gempa Nias, Stasiun Geofisika Gunungsitoli bersama tim melaksanakan kegiatan Sosialisasidi Gedung Multipurpose RRI Kota Gunungsitoli. Yang diikuti pimpinan Stasiun RRI Kota Gunungsitoli beserta pejabat struktural dan jajarannya juga siswa sekolah yang sedang mengikuti kegiatan Prakerin dan di siarkan secara live.

Dalam sambutannya, Kepala Stasiun Geofisika Gunungsitoli Djati Cipto Kuncoro, S.Si mengatakan Stasiun RRI di seluruh pelosok Wilayah Indonesia adalah merupakan mitra kerja dari BMKG dalam mendesiminasikan informasi MKG serta informasi lainnya, karena siaran RRI dapat menjangkau hingga seluruh perkotaan hingga pelosok desa. Maka pada peringatan 13 tahun Gempa Nias ini, bahwasannya banyak pelajaran berharga yang kita dapatkan. Tentu kita ketahui wilayah Indonesia dan kawasan kepulauan Nias khsusunya adalah daerah daerah yang rawan akan bencana dan kita tidak dapat mengindar dari suatu bencana, yang kita dapat lakukan adalah Meminimalisir Dampak Dari Suatu Bencana, seperti tema sosialisasi dalam rangka memperingati 13 tahun Gempabumi Nias hari ini adalah "Manajemen Bencana Gempabumi Dan Tsunami Di Kepulauan Nias"

Sementara dalam sambutannya Pimpinan Stasiun RRI Kota Gunungsitoli, Bp.H. La Samu S.Sos , sangat menyambut baik kegiatan yang dilaksanakan hari ini. Harapannya kedepan ada kerjasama antara RRI Kota Gunungsitoli dan Stasiun Geofisika Gunungsitoli terkait penyiaran informasi MKG khususnya bencana Gempabumi, dan pada kesempatan yang pimpinan RRI memperkenalkan tentang penggunaan aplikasi : rriplay berbasis android sama seperti aplikasi yang di miliki BMKG yaitu Info BMKG.

Kegiatan Sosialisasi berjalan dengan lancar dan diskusi yang cukup baik dengan harapan kegiatan sosialisasi dapat terus di giatkan agar masyarakat siap selamat dan tanggap bencana, akhirnya kegiatan diakhiri dengan penyerahan Peta Seismistas Indonesia kepada pimpinan Stasiun RRI serta foto bersama.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024