Waspada Gelombang Tinggi Selama Arus Balik Lebaran (20-26 Juni 2018)

  • Humas
  • 19 Jun 2018
Waspada Gelombang Tinggi Selama Arus Balik Lebaran (20-26 Juni 2018)

Adanya peningkatan kecepatan angin timuran hingga 46 km/jam di prakirakan masih cukup bertahan hingga tanggal 26 Juni 2018 di beberapa wilayah perairan Indonesia khususnya Laut Jawa bagian timur, Selat Makassar bagian selatan, Laut Banda, Laut Arafuru dan beberapa perairan yang berhadapan dengan laut lepas seperti perairan selatan Jawa hingga NTT, kondisi ini dapat menyebabkan pertumbuhan gelombang tinggi yang akan berdampak pada proses arus balik lebaran 2018.

Potensi gelombang tinggi diprakirakan akan terjadi di perairan Indonesia selama arus balik lebaran 20 - 26 Juni 2018 di beberapa wilayah berikut :

Tinggi gelombang 1.25 - 2.5 meter :

  • Selat Malaka bagian utara
  • Perairan barat Aceh
  • Perairan barat P. Simeuleu hingga Kep. Mentawai
  • Perairan Enggano - Bengkulu
  • Perairan selatan P. Sawu - P. Rote - Kupang
  • Selat Sumba
  • Selat Ombai
  • Selat Sape bagian selatan
  • Laut Sawu
  • Laut Timor
  • Laut Jawa bagian barat dan tengah
  • Perairan utara Jawa Timur hingga Kep. Kangean
  • Laut Flores
  • Perairan timur Sulawesi Tenggara
  • Perairan Kep. Sermata hingga Kep. Tanimbar
  • Perairan Kep. Kai dan Kep. Aru
  • Perairan selatan Ambon
  • Laut Arafuru bagian timur

Tinggi gelombang 2.5 - 4.0 meter :

  • Perairan Sabang
  • Perairan barat Lampung
  • Selat Sunda bagian selatan
  • Laut Jawa bagian timur
  • Selat Makassar bagian selatan
  • Perairan selatan P. Jawa hingga P. Sumba
  • Selat Bali bagian selatan
  • Selat Lombok bagian selatan
  • Selat Alas bagian selatan
  • Laut Banda
  • Laut Arafuru bagian tengah dan barat

Penyeberangan Merak - Bakaheuni dan Ketapang - Gilimanuk diprakirakan masih relatif aman dengan ketinggian gelombang berkisar antara 0.25 - 0.75 meter. Perlu menjadi perhatian untuk jalur penyeberangan Gresik - Pulau Bawean dan Pulau Sabang - Banda Aceh gelombang dapat mencapai ketinggian 2.0 - 2.5 meter.

Dengan kondisi gelombang laut yang masih cukup tinggi dibeberapa wilayah Indonesia, masyarakat dan kapal-kapal yang melintas diimbau untuk tetap waspada dan siaga dalam melakukan aktivitas penyeberangan. Masyarakat diimbau untuk selalu memperhatikan update informasi cuaca dan gelombang dari BMKG.

Bagi masyarakat yang hendak memperoleh informasi terkini mengenai informasi cuaca selama arus balik lebaran 2018 melalui jalur laut, BMKG membuka layanan informasi cuaca 24 jam melalui:

Jakarta, 19 Juni 2018

Kedeputian Bidang Meteorologi - BMKG

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024