Tidak Tepat Tuduhan Asian Games Diawali oleh Kualitas Udara yang Buruk

  • Humas
  • 18 Agu 2018
Tidak Tepat Tuduhan Asian Games Diawali oleh Kualitas Udara yang Buruk

"Indonesia sudah sering dituding sebagai emitter gas rumah kaca dan parahnya tingkat pencemaran udara". Hal itu diungkapkan Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati di Jakarta (18/08/2018)

Dwikorita mencontohkan, pada tahun 2004, Reuters menurunkan tulisan yang menyebut Indonesia sebagai negara emitter (penyumbang emisi) terbesar ketiga dunia karena deforestasi, degradasi lahan gambut dan kebakaran hutan. Tulisan tersebut didasarkan pada laporan penelitian yang dibuat oleh sebuah lembaga konsultan penelitian lingkungan Indonesia yang mendapat sponsor dari Bank Dunia dan British Development Arm.

10 tahun kemudian, tahun 2014, World Resources Institute (WRI) masih menempatkan Indonesia dalam urutan ke-enam yang menyumbang 4% dari total kumulatif emisi gas rumah kaca (GRK) dunia periode 1990-2011. Perhitungan total kumulatif GRK itu sudah menyertakan perubahan guna lahan dan kehutanan.

Namun tahun 2017 lalu, sebuah penelitian terbaru oleh Boden, dkk. (2017) yang berjudul National CO2 Emissions from Fossil-Fuel Burning, Cement Manufacture, and Gas Flaring yang diterbitkan oleh Carbon Dioxide Information Analysis Center, Oak Ridge National Laboratory, U.S. Department of Energy ternyata tidak menyertakan Indonesia di dalam 6 (enam) negara emitter dunia terbesar. 6 Negara penyumbang emisi dunia yang disebutkan oleh study tersebut diantaranya: Cina, Amerika Serikat, Uni Eropa, India, Federasi Rusia dan Jepang.

Senada dengan paper ilmiah tersebut, laporan Climate Change Performance Index (2018) juga mengeluarkan Indonesia dari 10 besar penyumbang emisi terbesar dunia dan menempatkannya pada ranking 14, meskipun menurut laporan tersebut, Indonesia masih diklasifikasikan sebagai negara berkinerja rendah di tahun 2018 ini sebab tren masa lalu dan status emisi GRK per kapita saat ini dinilai masih sangat rendah.

Secara bukti data, pun hasil pengukuran GRK di Bukit Koto Tabang selama 14 (empat belas) tahun terakhir sejak tahun 2004, laju kenaikan CO2 di Indonesia adalah 1,94 ppm, tidak setinggi konsentrasi hasil pengukuran di Stasiun GAW Mauna Loa (USA), bahkan masih dibawah kenaikan rata-rata global sebesar 2,08 ppm.

Indonesia sudah seringkali dituding sebagai negara yang paling emisif GRKnya di dunia, namun penilaian dan penelitian lembaga ternama lainnya maupun data real GRK terukur di lapangan pun membantah tudingan itu.

Demikian pula dalam hal pencemaran udara baru baru ini. Pemberitaan media Al Jazeera pada hari Jumat 17 Agustus 2018 yang bertajuk "Air pollution welcomes athletes in Jakarta for Asian Games", bahkan menyatakan bahwa tingkat polusi udara di Jakarta telah meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir.

"Dengan mengacu 'standar WHO' ada pihak pihak yang mengatakan pada beberapa hari tingkat polusi udara Jakarta lebih buruk dari pada Beijing, RRC," ungkap Dwikorita.

Senada dengan hal itu, pemberitaan BBC Indonesia juga menyebut Jelang Asian Games 2018, Jakarta jadi kota berpolusi udara 'paling parah' di dunia.

Mantan Rektor UGM itu menerangkan, tuduhan polusi Jakarta terparah di dunia itu berbeda dengan apa yang dirilis The New York Times, Juni 2017 lalu dimana ranking 10 negara terburuk dalam hal polusi, adalah Cina, Amerika Serikat, India, Rusia, Jepang, Jerman, Iran, Arab Saudi, Korea Selatan dan Kanada.

Penelitian terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang kota-kota yang paling tercemar di dunia menunjukkan, dari 10 kota paling tercemar di dunia, sembilan di antaranya ada di India, dan satu di Cameroon.

Jakarta atau Indonesia sendiri tidak termasuk di dalam negara-negara yang dirilis WHO dari paparan polusi udara dan dampak kesehatan, pungkas Dwikorita.

Hubungan Masyarakat Badan Meteorologi,Klimatologi,dan Geofisika

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024