Sukses di Temanggung, BMKG Gelar SLI Operasional di Kabupaten Gunungkidul

  • Hatif Thirafi
  • 20 Agu 2020
Sukses di Temanggung, BMKG Gelar SLI Operasional di Kabupaten Gunungkidul

Gunungkidul - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika kembali melaksanakan Sekolah Lapang Iklim Operasional yang kali ini dilaksanakan di Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (19/8).

SLI Operasional ini dilaksanakan di provinsi DIY setelah sebelumnya kegiatan serupa sukses diselenggarakan di Temanggung, Jawa Tengah serta beberapa lokasi lain di Indonesia. Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, pemahaman informasi iklim dan cuaca bagi petani akan menjadi faktor penting untuk menjaga stabilitas produksi pertanian.

"Dengan memahami informasi cuaca dan iklim yang dikeluarkan oleh BMKG, bapak ibu dapat memutuskan kapan harus mulai tanam. Kalau kita tahu seminggu lagi sudah masuk hujan kita bisa memutuskan, kalau kita tahu ini masih musim kering terus kita juga bisa memutuskan, apakah saya harus menanam di musim kering atau jika memang ingin menanam apa yang harus ditanam," jelas Dwikorita saat membuka kegiatan SLI Operasional di Kecamatan Ponjong, Rabu (19/8).

Dwikorita juga mengajak peserta SLI Operasional yang terdiri dari petugas penyuluh pertanian lapangan (PPL), petugas pengendali organisme pengganggu tumbuhan (POPT), petani, serta bintara pembina desa (Babinsa) TNI AD untuk menggunakan mobile apps infoBMKG dan media sosial BMKG guna memperoleh informasi cuaca dan iklim secara realtime dan kontinyu.

"Disitu ada informasi-informasi rutin baik cuaca sampai seminggu ke depan sampai informasi iklim, jadi kita bisa tahu kapan masuk puncak musim kemarau. Jadi mohon sering memonitor infoBMKG baik dari aplikasi mobile ataupun dari media sosial," imbuhnya.

Kepala BMKG mencontohkan kesuksesan pemahaman dan pemanfaatan informasi cuaca iklim oleh petani bawang merah di Temanggung. Dengan panduan dari petugas BMKG, petani menyesuaikan waktu tanam sehingga panen mundur satu bulan. Alhasil, ini membuahkan keuntungan bagi petani bawang di Temanggung.

"Keuntungannya apa? Saat mereka panen, pesaingnya sudah tidak ada. Di tempat-tempat lain baik di Temanggung, Brebes, ataupun kabupaten di sekitarnya stok bawang merah sudah habis. Jadi petani yang baru panen di Temanggung ini akhirnya harganya melompat dari yang biasanya Rp 13.000 sampai Rp 14.000 harganya menjadi Rp 22.000 hingga Rp 23.000 per kilogram. Bahkan mereka bisa mengupah buruh tani sebesar Rp 100.000 per hari. Tentu ini sangat dirasakan manfaatnya, terlebih di saat kondisi pandemi seperti ini," ungkap Dwikorita.

Di akhir kegiatan, Dwikorita mengajak seluruh pihak terkait untuk bersama-sama memahami cuaca dan iklim melalui berbagai cara. Dia pun berharap kegiatan ini nantinya dapat berlangsung secara rutin dan merata di seluruh wilayah Indonesia.

Kepala Stasiun Klimatologi Sleman Reni Kraningtyas juga menyampaikan bahwa kegiatan SLI di wilayah DIY ini juga dilakukan di Kecamatan Rongkop dan Gedangsari. BMKG DIY akan mendampingi para petani di daerah tersebut dalam melakukan tanam di musim kemarau ini, agar dapat diperoleh hasil panen yang optimal dalam kondisi kurang hujan.

Dalam kegiatan ini, hadir secara langsung Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul, Kepala Stasiun Klimatologi Sleman, dan perangkat di lingkungan Kecamatan Ponjong. Turut hadir secara virtual Deputi Bidang Klimatologi serta seluruh UPT Stasiun Klimatologi di Indonesia.

Bagian Hubungan Masyarakat
Biro Hukum dan Organisasi

Instagram: @InfoBMKG
Twitter: @InfoBMKG @InfohumasBMKG
Facebook: InfoBMKG
YouTube: InfoBMKG

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024