Serangkaian Aktivitas Gempabumi di Zona Subduksi Timur Laut Talaud, Fenomena Wajar

  • Petugas Web
  • 12 Apr 2017
Serangkaian Aktivitas Gempabumi di Zona Subduksi Timur Laut Talaud, Fenomena Wajar

Tiga hari terakhir, zona gempa subduksi lempeng sebelah timur laut Kepulauan Talaud berbatasan dengan negara tetangga Filipina mengalami peningkatan aktivitas kegempaan. Di zona tersebut Lempeng Laut FIlipina menunjam ke bawah Lempeng Eurasia pada palung Filipina (Philippine Trench) dengan laju penunjaman 80-100 mm/tahun.

Ini adalah salah satu zona subduksi lempeng paling aktif di dunia. Efek dari zona subduksi ini telah menyebabkan terbentuknya sabuk gunung api, dan Sistem Sesar Filipina yang aktif di wilayah negara Filipina bagian timur. Sehingga wajar jika di zona ini sering kali dilanda gempabumi dan beberapa kali terjadi tsunami. Gempabuni besar yang dipicu subduksi Lempeng Laut Filipina sudah beberapa kali terjadi seperti gempa pada tahun:1875 (M7.6), 1898 (M7.1), 1943 (M7.6), 1952 (M7.7), 1957 (M7.7), 1988 (M7.5), dan 2012 (M7.6)

Hasil monitoring BMKG menunjukkan bahwa khusus zona subduksi timur laut Talaud ini sebenarnya sudah lama tidak terjadi gempa besar. Catatan terakhir gempa kuat pada segmen ini terjadi pada 24 September 1957 dengan kekuatan M7,7. Selanjutnya setelah itu belum ada lagi aktivitas gempa signifikan.

Hingga baru kemarin 10 April 2017 zona ini ini kembali aktif dengan serangkaian gempabumi signifikan yang diawali oleh gempa utama (main shock) berkekuatan M5,6 dengan kedalaman 72 km. Gempabumi ini menimbulkan guncangan yang dirasakan tidak saja di Kepulauan Sangihe dan Talaud dalam skala intensitas II SIG-BMKG (III MMI), tetapi gempa juga dirasakan di wilayah Filipina tenggara khususnya Davao. Banyak warga orang panik karena merasakan guncangan gempabumi.

Hingga tadi pagi dini hari (12/4) pukul 00.41.25 WIB, gempa dengan kekuatan M5,0 dengan kedalaman 86 km masih terjadi di timurlaut Kepulauan Talaud. Sehingga sejak 10 April 2017 lalu hingga siang ini BMKG mencatat 4 aktivitas gempabumi berkekuatan di atas 5,0. Sementara jumlah aktivitas gempa susulan (aftershocks) yang terjadi sudah 15 kali.

Siang ini, beberapa warga menanyakan mengapa kawasan di timurlaut Talaud dalam 3 hari ini terus diguncang gempa? Apakah ini pertanda akan terjadi gempa dengan kekuatan lebih besar?

Perlu kami jelaskan bahwa gempabumi yang terjadi di wilayah tersebut merupakan fenomena wajar. Artinya gempabumi yang terjadi memang meniliki tipe aktivitas Mainshock-Aftershocks. Tipe gempa semacam ini diawali oleh gempa utama dan disusul oleh serangkaian gempa susulan. Tipe gempa semacam ini terkadang membuat masyarakat resah karena efek gempa susulannya yang sering terjadi. Ini wajar kerkait karakteristik batuan di zona gempa.

Masyarakat tidak perlu cemas dan khawatir, karena setelah proses pelepasan tegangan batuan yang dimanifestasikan dalam serangkaian kejadian gempabumi selesai dan tercapai kondisi kesetimbangan tektonik maka stabilitas batuan akan kembali pulih dan gempa susulan akan berakhir. Kami meyakini bahwa fenomena rentetan gempa yang terjadi ini bukan pertanda akan terjadi gempa besar. Sehingga masyarakat dihimbau agar tetap tenang.***

Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG

Dr. DARYONO, M.Si.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024