Sekolah Lapang Cuaca Nelayan BMKG, Perkuat Pemahaman Nelayan akan Informasi BMKG

  • Hatif Thirafi
  • 26 Mei 2021
Sekolah Lapang Cuaca Nelayan BMKG, Perkuat Pemahaman Nelayan akan Informasi BMKG

Di tengah pandemi Covid-19, dengan menerapkan Protokol Kesehatan yang ketat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menggelar Sekolah Lapang Cuaca Nelayan di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Jawa Tengah dengan tema "Mewujudkan Nelayan dengan Hasil Tangkapan meningkat dan aman berbasis Informasi Cuaca".

Masyarakat di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati sebagian besar berprofesi sebagai adalah Nelayan baik nelayan tangkap maupun nelayan tambak.Nelayan di wilayah ini adalah nelayan dengan Kapal berbobot besar dengan wilayah jelajah sampai ke Seluruh Nusantara.

Hal ini dapat dilihat jika kita berkunjung ke Pelabuhan Bajomulyo Pati, Kapal-kapal besar bersandar dan berjejer di pelabuhan Bajomulyo serta ramainya aktifitas tempat pelelangan Ikan di Bajomulyo saat kapal-kapal datang dan membongkar muatan hasil tangkapan ikan.

Menurut Deputi Bidang Meteorologi BMKG ,Guswanto, informasi BMKG semestinya bisa dimanfaatkan oleh semua sektor terutama sektor kelautan termasuk dari oleh Sektor Kelautan di Kabupaten Pati, Nelayan selama ini telah mempunyai kearifan lokal dalam membaca cuaca ,namun karena adanya perubahan ikim dan cuaca Ektrim , kearifan lokal ini sudah banyak berubah dari kebiasaannya.

"Adanya upaya dari Pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan terutama sumber pangan dari laut baik ikan maupun rumput laut, "tambahnya.

"Di masa Pandemi banyak sektor usaha yang terpengaruh, terutama sektor transportasi laut,karena adanya berbagai pembatasan namun nelayan harus bersyukur karena sektor perikanan tidak banyak terpengaruh,ini menjadi bukti bahwa pengembangan ekonomi maritim sangat mutlak dilakukan, kalo dulu kita selalu swasembada pangan sektor pertanian maka sekarang kita juga harus mewujudkan swasembada dari sektor laut, "ujar Guswanto.

Untuk itu, BMKG akan membantu para nelayan di Kabupaten Pati yang jika berlayar sampai 6 bulan di laut dapat mengetahui peta daerah penangkapan ikan dan dapat mengetahui informasi cuaca selama pelayarannya. Dengan informasi yang lengkap nelayan dapat menyiapkan perbekalan yang harus dibawa dan nelayan juga akan mengantisipasi dalam menghadapi cuaca ektrim sehingga bisa melaut dengan aman.

BMKG lewat Pusat Meteorologi Maritim dan Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas Semarang telah mengembangakan beberapa inovasi dan produk yang dapat dipakai oleh Nelayan Pati dalam menunjang kegiatan Penangkapan ikan. Nelayan bisa tahu potensi Cuaca Ektrim yang akan terjadi selama pelayaranya dan juga bisa mengetahui Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan (Peta PDPI) di wilayah Indonesia.

"Mengetahui adanya Potensi Cuaca Ekstrim yang akan terjadi dapat menghindarkan Nelayan dari bertemu Cuaca Ektrim di Laut dan dengan mengetahui Peta Prakiraan Daerah penangkapan Ikan (peta PDPI) Nelayan bisa focus menenntukan tujuan pelayarannya sehingga bisa memprakirakan perbekalan yang akan di bawa untuk melaut, sehingga lebih efisien, " ucap Guswanto dalam Pembukaan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan , Senin 24 Mei 2021.

Guswanto mengatakan bahwa Sekolah Lapang Cuaca Nelayan sudah dilakukan sejak tahun 2016 dan telah mempunyai alumni sebanyak 42 ribu diseluruh Indonesia , sekolah lapang cuaca Nelayan ini juga didukung oleh anggota komisi V DPR RI dan khusus untuk di Dapil Pati di dukung oleh Bapak Sudewo.

Pada kesempatan yang sama, Deputi Bidang Meteorologi menyampaikan bahwa SLCN ini juga menjadi ajang pertukaran pengalaman antar nelayan dan narasumber dalam pengembangan sektor perikanan, tidak semua lokasi mendapat kesempatan memperoleh kegiatan SLCN maka kepada seluruh peserta agar bersungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan ini dan kepada para peserta dihimbau senantiasa menjaga Kesehatan dengan disiplin menerapkan protokol selama kegiatan berlangsung.

Guswanto juga menyampaikan bahwa BMKG telah memasang fasilitas Display Outdoor Informasi Cuaca di Pelabuhan Bajomulyo Kabupaten Pati yang memuat informasi prakiraan cuaca dan peta prakiraan daerah penangkapan ikan yang dapat dilihat oleh nelayan sebelum melaut.

Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati , Edy Martatnto menyampaikan rasa terimakasih kepada BMKG atas terlaksananya pelatihan ini , pelatihan ini sangat bermanfaat bagi Nelayan di Kabupaten Pati, " Dalam Pelatihan ini supaya banyak diadakan dialog atau diskusi karena nelayan disini sudah punya kearifan lokal membaca cuaca secara tradisional , pelatihan ini tepat diadakan di masa Nelayan yang sudah bersiap untuk melaut, nelayan disini setelah lebaran akan melaut dengan jangka waktu yang Panjang bisa 3 sampai 6 bulan, karena melaut sampai wilayah yang jauh, mendapat bekal ilmu Cuaca dari BMKG."

Edy berharap agar kegiatan ini dapat dilaksanakan rutin setiap tahun di Kabupaten Pati karena nelayan di Kabupaten Pati ini sangat banyak dan tersebar di berbagai kecamatan.
Pemerintah Daerah Kabupaten Pati khususnya Dinas kelautan dan Perikanan sangat berterimakasih atas adanya kegiatan ini, semua penyuluh perikanan di Kabupaten Pati telah diikutkan dalam kegiatan ini sehingga mereka nanti juga bisa menyebarkan informasi BMKG kepada nelayan binaannya yang belum ikut kegiatan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan .

Anggota Komisi V DPR RI dari Daearah pemilihan Pati yaitu Bapak Sudewo , sebagai anggota Komisi V beliau menyambut baik terhadap kegiatan ini karena ini adalah kegiatan yg nyata bagi nelayan agar nelayan semakin paham tentang cuaca , dan memohon agar para narasumber dari BMKG dapat memberikan informasi yang sejelas-jelasnya tentang cara memahami informasi cuaca agar nelayan dapat bekerja dilaut dengan aman, dan komisi V akan sangat mendukung peningkatan anggaran untuk pelaksanaan kegiatan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan di waktu yang akan datang agar bisa dilaksanakan lebih banyak lagi.

Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Kelas II Tanjung Emas Semarang, Retno Widyaningsih mengatakan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan ini memperkuat peran Ketua kelompok Nelayan, Penyuluh dan Instansi terkait dalam menyebarkan Informasi Cuaca dan Iklim BMKG kepada Nelayan.Sekolah Lapang Cuaca Nelayan berlangsung tanggal 24-25 Mei 2021 di Pendopo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati dengan Peserta 100 orang yang terdiri dari Nahkoda Kapal , Nelayan, Penyuluh Perikanan, Petugas dari Pelabuhan Perikanan Pantai dan Petugas dari kecamatan Juwana Pati.

Seratus Orang yang dilatih ini, nantinya berperan sebagai "Agen BMKG " dalam menyebarluaskan informasi Peringatan Dini dan Informasi Cuaca dan Iklim BMKG kepada Nelayan maupun masyarakat di sekitar mereka yang belum mengikuti pelatihan dan belum mengetahui informasi BMKG.

Retno Widyaningsih menyebut seluruh peserta diminta mematuhi protokol kesehatan Covid-19 selama kegiatan berlangsung dan panitia telah menyediakan semua fasilitas penecegahan Covid-19 selama kegiatan .

Biro Hukum dan Organisasi
Bagian Hubungan Masyarakat

Instagram : @infoBMKG
Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG
Facebook : InfoBMKG
Youtube : infoBMKG

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024