Rutin Hasilkan Data Real Time, BMKG Raih Penghargaan Bhumandala Rajata dari BIG

  • Hatif Thirafi
  • 28 Nov 2020
Rutin Hasilkan Data Real Time, BMKG Raih Penghargaan Bhumandala Rajata dari BIG

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meraih penghargaan Bhumandala Rajata (Medali Perak) untuk kategori Kementerian/Lembaga dari Badan Informasi Geospasial (BIG) atas pencapaiannya dalam pengembangan simpul jaringan informasi geospasial.

"Selamat atas penghargaan Simpul jaringan terbaik Bhumandala Rajata 2020 tingkat K/ L untuk BMKG. Kami sebagai koordinator tim Bhumandala Award 2020 mengucapkan terima kasih atas segala bantuan, kerja keras dan kerja ikhlas tim BMKG," kata Koordinator BMKG pada kegiatan Bhumandala Award 2020, Sunaryo.

Sunaryo menambahkan hasil pencapaian ini merupakan kolaborasi, dan kerjasama tim operasional CEWS, MEWS, TEWS, dan dukungan dari Humas BMKG yang ikut mendukung jaringan/networking penyebaran informasi.

Penyelenggaraan Bhumandala Award - Penghargaan Simpul Jaringan Informasi Geospasial dilaksanakan di Jakarta, Jumat (27/11/2020) yang merupakan tahun keempat sejak pertama kali diselenggarakan pada 2014.

Kegiatan ini dihadiri Kapus Database, Ir. Edward Trihadi, MSEM yang mewakili BMKG sebagai menerima penghargaan.

Sebagai simpul jaringan, BMKG merupakan salah satu simpul jaringan yang menunjang pemanfaatan informasi geospasial untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi badan.

BMKG merupakan salah satu Kementerian/Lembaga yang menghasilkan banyak data real time setiap harinya.

Tuntutan untuk menyajikan data secara tepat dan cepat didukung oleh teknologi informasi dan komunikasi yang mumpuni.

Pengembangan simpul jaringan di BMKG diharapkan dapat mendukung tata kelola data secara internal. Serta integrasi antara Perpres JIGN, Perpres Satu Data Indonesia serta aturan dalam WMO (World Meteorological Organization) dapat memperkuat manajemen data sistem klimatologi.

Simpul jaringan BMKG telah memperlihatkan manfaat yang besar bagi masyarakat. Selain itu BMKG juga telah membuktikan pemanfaatan informasi geospasial bagi keselamatan masyarakat terutama pada bidang perhubungan dan kebencanaan melalui pemberian informasi yang tanggap dan terpercaya.

Dalam perjalanannya, proses monitoring dan evaluasi terhadap kinerja simpul jaringan selalu disinergikan dengan Perpres 27 Tahun 2014 tentang Jaringan Informasi Geospasial Nasional.

Selain itu, terbitnya Perpres 39 Tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia menjadi komitmen bahwa penyelenggaraan Informasi Geospasial harus memenuhi standar data, memiliki metadata yang baku serta memenuhi kaidah interoperabilitas data.

Berdasarkan peraturan Kepala BMKG no. 20 tahun 2015, BMKG juga telah mendorong penyelenggaraan, pengembangan, pemanfaatan informasi geospasial, serta mengukuhkan peranan simpul jaringan dalam tata kelola informasi geospasial di BMKG.

Sebelumnya, BMKG juga telah meraih penghargaan yang sama dan penghargaan Bhumandala Kencana - Pemanfaatan Simpul Jaringan Terbaik tingkat Kementerian pada 2018.

Biro Hukum dan Organisasi
Bagian Hubungan Masyarakat

Instagram : @infoBMKG
Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG
Facebook : InfoBMKG
Youtube : infoBMKG

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024