Penutupan SLI Operasional Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020

  • Hatif Thirafi
  • 16 Okt 2020
Penutupan SLI Operasional Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020

Temanggung, Kamis (15 Oktober 2020) - Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang telah berhasil melaksanakan kegiatan SLI Operasional tahun 2020 selama satu musim tanam komoditas tembakau di Desa Legoksari, komoditas Cabai di Desa Kalimanggis, serta komoditas tomat di Desa Jogoyasan, Kabupaten Magelang. Hal ini disampaikan dalam acara Penutupan SLI Operasional Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020 yang dilaksanakan di Kabupaten Temanggung.

Kepala Stasiun Klimatologi Semarang Tuban Wiyoso menyampaikan, SLI Operasional pendampingan tumpang sari kopi tembakau yang akan dilaksanakan ini merupakan kelanjutan dari SLI bawang merah di Desa Legoksari Kec. Tlogomulyo Kab. Temanggung yang sudah dipanen pada 6 Juni 2020.

"Kegiatan SLI pendampingan ini dilaksanaan karena pada saat SLI bawang merah belum semua materi bisa disampaikan secara optimal disebabkan adanya pandemi Covid-19," ujar Tuban.

Pada pelaksanaan kegiatan SLI Operasional ini, lanjut Tuban, target peserta kegiatan difokuskan pada kelompok tani binaan. Kegiatan ini juga dilakukan secara berkesinambungan selama beberapa tahun kedepan dan menggandeng dinas pertanian setempat.

"SLI Operasional ini diikuti oleh 27 petani unggulan yang ada di beberapa desa di Kecamatan Tlogomulyo (15 orang dari Desa Legoksari, 4 orang dari desa Langgeng, 4 orang dari Desa Losari dan 4 orang dari Desa Pagersari) dan 3 orang PPL dari BPP Tlogomulyo. Sementara tanaman kopi dan tembakau berada di lahan petani di Desa Legoksari," lanjutnya.

Bupati Temanggung HM Al Khadziq menyampaikan, secara umum kondisi tanaman tembakau dan olahan tembakau bagus, serta produksi per luasan meningkat. Tetapi Informasi akan terjadi kemarau basah menjadikan harga jual pasar tembakau kering cenderung rendah, rata-rata Rp45.000 - 50.000.

"Walaupun kadar air tembakau tinggi, di kawasan Legoksari dan sekitarnya masih bisa menghasilkan Grade F bahkan ada yang Grade G (tembakau yang memiliki warna hitam mengkilap dan aroma keras)," tambahnya.

Kepala Stasiun Klimatologi Semarang juga menambahkan, hujan yang pernah terjadi di musim kemaru pada bulan Agustus merangsang munculnya bunga di tanaman kopi. Melalui informasi prakiraan hujan yang disampaikan BMKG pada bulan Agustus, petani dapat menentukan waktu petik untuk mendapatkan daun dengan kualitas yang baik sebelum terkena hujan. Selain itu, petani bisa menentukan waktu terbaik merajang tembakau untuk memperoleh pengeringan yang optimal.

Sementara itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati juga menyampaikan peluang terjadinya La Nina. Kondisi tersebut tentunya dapat berpotensi meningkatnya curah hujan 20%-40% di sebagian besar wilayah Indonesia. Bahkan presiden pun sudah mengingatkan untuk mewaspadai bencana hidrometeorologi yang dapat dipicu oleh dampak adanya La Nina.

"BMKG sudah menghitung seberapa besar dampak La Nina terhadap potensi peningkatan curah hujan, termasuk di wilayah Jawa. Yang akan mengalami kenaikan 20%-40% tersebut sebagian besar di wilayah Jawa bagian selatan dan timur. Untuk wilayah Temanggung, alhamdulillah Pak Bupati, peningkatannya tidak signifikan. Namun meskipun begitu tetap harus waspada, karena tanpa La Nina pun curah hujan bulanan di Wilayah Kabupaten Temanggung termasuk kategori tinggi, sehingga beberapa titik di wilayah Temanggung rawan longsor saat musim hujan, terutama pada lereng-lereng gunung/pegunungan," jelas Dwikorita.

Sebelum mengakhiri sambutannya, Dwikorita menegaskan "Berdasarkan informasi tersebut maka perlu diwaspadai bersama potensi curah hujan yang akan terjadi dan dampaknya terhadap kegiatan pertanian, sehingga penting kiranya untuk dapat melakukan perencanaan dan upaya intervensi untuk mencegah kerusakan maupun dampak lainnya, sehingga produksi pertanian dapat tumbuh secara optimal," tuturnya.

Ucapan terimakasih disampaikan Kepala BMKG kepada mitra BMKG sekaligus penasehat kegiatan SLI Operasional di Provinsi Jawa Tengah, anggota komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (Bpk. Ir. Sudjadi), para Kepala Daerah dan Dinas/Instansi setempat, serta stakeholder atas dukungannya kepada BMKG sehingga terlaksananya kegiatan SLI Operasional Prov. Jawa Tengah dengan baik.

"Tidak lupa kami ucapkan juga terima kasih kepada Deputi Bidang Klimatologi beserta tim SLI pusat yang telah menyiapakan desain dan konsep program SLI, Kepala Stasiun Klimatologi Klas I Semarang dan tim pelaksana SLI di lapangan sehingga aktivitas SLI berjalan lancar," tutup Dwikorita.

Biro Hukum dan Organisasi
Bagian Hubungan Masyarakat

Instagram : @infoBMKG
Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG
Facebook : InfoBMKG
Youtube : InfoBMKG

http://www.bmkg.go.id

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024