Penjelasan Gempabumi Tejakula Bali

  • Petugas Web
  • 19 Mei 2017
Penjelasan Gempabumi Tejakula Bali

Sejak hari Kamis 11 Mei 2017 hingga Jumat 19 Mei 2017, rentetan gempabumi terus mengguncang wilayah Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng Bali. Catatan BMKG menunjukkan bahwa selama periode tersebut sudah ada 9 kali lebih guncangan gempabumi yang hingga saat ini membuat warga resah.

Kekuatan gempabumi yang terjadi sebenarnya termasuk dalam kategori berkekuatan kecil kurang dari M4,0 tetapi karena kedalaman hiposenternya yang dangkal kurang dari 10 kilometer, maka gempabumi ini memberikan dampak berupa guncangan cukup signifikan dan dilaporkan telah menimbulkan kerusakan ringan pada beberapa tempat ibadah.

Berdasarkan catatan BMKG, gempabumi Tejakula pertamakali terjadi pada hari Kamis11 Mei 2017 pukul 22.06.02 WIB. Guncangan gempabumi yang terjadi menjelang tengah malam ini berkekuatan M2,9 dengan kedalaman hiposenter 5 kilometer. Guncangan gempabumi ini cukup mengejutkan warga Kecamatan Tejakula yang sudah bersiap-siap tidur.

Berselang 2 hari kemudian, pada hari Minggu 14 Mei 2017 pukul 23.48.22 WIB gempabumi kembali mengguncang dengan kekuatan M3,4. Gempabumi yang terjadi menjelang tengah malam ini guncangannya lebih kuat dibandingkan dengan gempabumi sebelumnya, karena skala intensitasnya mencapai III MMI.

Hari Senin 15 Mei 2017 pukul 01.29.11 WIB aktivitas gempabumi kembali terjadi dengan kekuatan M3,7. Guncangan gempabumi ini juga dilaporkan warga sangat kuat. Meskipun kejadian lewat tengah malam tetap saja membuat panik warga Kecamatan Tejakula yang sebagian besar sudah tidur dan kemuadian terbangun.

Memasuki hari Selasa 15 Mei 2017 aktivitas gempabumi belum juga reda. Tercatat pada hari itu terjadi 5 kali guncangan gempabumi dengan Magnitudo yang bervariasi, yaitu 3.7, 3.3, 2.6, 2.7, dan 2.4.

Hari Kamis 18 Mei 2017 pukul 19.31.15 WIB gempabumi M2,9 kembali mengejutkan warga Kecamatan Tejakula. Belum hilang rasa cemas warga, satu jam kemudian, tepat pukul 20.51.05 WIB, gempabumi M=2,5 kembali mengguncang. Gempabumi ini menimbulkan guncangan pada skala intensitas II SIG-BMKG atau III MMI di Buleleng bagian timur, seperti Tejakula, Bondalem, Yeh Sanih, Les, dan Tianyar. Meskipun belum ada laporan kerusakan, guncangan gempabumi yang terus terjadi ini menjadikan masyarakat Tejakula dan sekitarnya masih diliputi kecemasan.

Jika ditinjau lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, seluruh aktivitas gempabuni tersebut di atas tampak sepintas merupakan gempa dangkal akibat aktivitas sesar aktif, tetapi inipun perlu dilakukan kajian lebih lanjut. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa sebagian besar gempabumi yang terjadi, rata-rata memiliki pola penyesaran dengan kombinasi antara pergerakan turun dan mendatar (oblique normal).

Terkait dengan rentetan peristiwa gempabumi yang mengguncang wilayah Kecamatan Tejakula ini, tampak dari pola frekuensi kejadian, besaran magnitudo, sebaran episenter, dan sequance dari aktivitas gempabumi ini tidak memiliki pola yang jelas. Sepintas aktivitas gempabumi ini tidak murni aktivitas tektonik, tetapi mengarah kepada adanya aktivitas gempabumi swarm.

Terkait rentetan peristiwa gempabumi yang terus mengguncang wilayah Kecamatan Tejakula dan sekitarnya, kami menghimbau kepada warga agar tetap tenang dan tidak resah, kerena gempabumi ini cenderung aktivitasnya berkekuatan kecil. Jika medan tegangan yang terakumulasi di zona gempabumi tersebut sudah habis, maka aktivitas gempabumi ini akan berhenti dengan sendirinya.***

Jakarta, 19 Mei 2017

Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG

Dr. DARYONO, S.Si., M.Si.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024