Libur Panjang Lebaran, BMKG Tetap Siaga Monitor Gempabumi dan Tsunami

  • Pusat Gempa Nasional
  • 10 Jun 2018
Libur Panjang Lebaran, BMKG Tetap Siaga Monitor Gempabumi dan Tsunami

Jakarta - Minggu (10/6) Wilayah Indonesia merupakan kawasan rawan gempa dan tsunami, karena memiliki sebanyak 295 sumber gempa patahan aktif dan 5 subduksi lempeng. BMKG juga memiliki ratusan catatan gempa merusak dan puluhan peristiwa tsunami.

Hingga saat ini kejadian gempa belum dapat diprediksi secara akurat: kapan, dimana, dan berapa kekuatannya. Kejadian gempa dan tsunami dapat terjadi kapan saja tanpa melihat waktu: apakah pagi atau sore, siang atau malam, hari kerja atau hari libur, hari biasa atau hari raya.

Dalam merayakan Hari Raya Idul Fitri 1439 H, Pemerintah menetapkan cuti bersama selama 7 hari kerja dari 11-20 Juni 2018 bagi Aparatur Sipil Negara (ASN). Bagaimana dengan operasional monitoring gempa dan tsunami di Indonesia selama liburan panjang?

Deputi Bidang Geofisika BMKG, Dr. Muhamad Sadly, M.Eng. saat melakukan pengecekan kesiapan posko info gempabumi dan tsunami dalam mendukung posko lebaran 2018 mengatakan, "Hal ini tidak ada yang perlu dikhawatirkan. BMKG dengan tugas pokok dan fungsinya melakukan monitoring gempabumi dan memberikan informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami akan tetap melaksanakan tugas meskipun kantor libur. Kami memastikan bahwa Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) tetap melakukan monitoring, processing, dan diseminasi informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami secara prima selama libur lebaran.

Para analis BMKG akan tetap bekerja selama 24 jam per 7 hari. Dalam sehari ada 3 kelompok shift yang berdinas bergantian: pagi, siang, dan malam. Setiap kelompok ada 7 anggota yang mengoperasikan: (1) komputer determinasi parameter gempa, (2) decision support system-DSS peringatan dini tsunami, (3) modelling tsunami TOAST, (4) monitoring muka air laut, (5) diseminasi informasi multimoda, (6) komunikasi, dan (7) supervisor on duty", ujar Sadly.

Selain itu para pejabat BMKG dari Eselon I hingga IV selama Posko Lebaran juga mendapat tugas sebagai pejabat on duty.

Untuk itu kepada masyarakat yang sedang dalam perjalanan mudik Lebaran maupun yang sudah berada di kampung halaman diimbau untuk tetap tenang dan nyaman dalam menikmati keceriaan dan suka cita suasana Lebaran. BMKG akan terus memberikan informasi yang cepat, tepat, akurat, mudah dipahami, dan luas jangkauannya. #InfoGempaCepatMasyarakatNyaman

Bagian Hubungan Masyarakat BMKG

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024