Kolaborasi dengan Kemenparekraf, BMKG Siap Dukung Pemulihan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia

  • Miftah Fauziah
  • 27 Sep 2021
Kolaborasi dengan Kemenparekraf, BMKG Siap Dukung Pemulihan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia

SIARAN PERS

JAKARTA (27 September 2021) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berkomitmen mendukung penuh percepatan dan pemulihan sektor pariwisata tanah air. Komitmen tersebut diwujudkan dalam bentuk penandatangan Memorandum of understanding (MoU) antara BMKG dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) tentang Pemanfaatan Informasi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika di Bidang Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif.

Penandatangan dilakukan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno secara virtual dalam gelaran Rapat Koordinasi Kemenparekraf 2021 di Jakarta, Senin (27/9).

"MoU ini menjadi bukti keseriusan BMKG untuk turut serta mendukung dan memajukan pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia mengingat pariwisata itu sangat sensitif terhadap kondisi cuaca, iklim serta kegempaan dan tsunami" ungkap Dwikorita usai penandatanganan.

Dwikorita mengatakan, sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki banyak sekali destinasi pariwisata alam. Mulai dari pantai, lembah, air terjun, danau, sungai, perbukitan, dan gunung lengkap dengan corak budaya masyarakat tiap daerah yang unik.

Selain menyimpan keindahan dan eksotisme alam, kata Dwikorita, kondisi geografis Indonesia yang notabene berada dalam wilayah pertemuan 3 lempeng, yaitu lempeng Eurasia, Indo-Australia, dan lempeng Pasifik ini juga menyimpan potensi bencana geologi dan hidrometeorologi yang tidak kalah besar yang juga dapat berpengaruh pada potensi pariwisata di Indonesia. Diantaranya, gempa bumi, tsunami, cuaca dan iklim ekstrim, gelombang tinggi, siklon tropis, dan letusan gunung berapi.

Namun begitu, tambah Dwikorita, anugerah Tuhan tersebut tidak boleh menjadikan Indonesia pesimis, khususnya dalam mengembangkan potensi pariwisata di Indonesia. Sebaliknya, Indonesia harus terus berupaya untuk beradaptasi dan siap untuk memitigasi potensi bencana untuk meminimalisir resiko yang ditimbulkan.

"Salah satunya melalui penyediaan informasi meteorologi, klimatologi, dan geofisika yang cepat, tepat, dan akurat, serta penerapan sistem kesiapsiagaan komunitas yang tangguh dalam menghadapi bencana yang dapat terjadi setiap saat, untuk menciptakan pariwisata Indonesia yang tangguh dan tumbuh," terangnya.

"Banyak negara lain yang memiliki situasi dan kondisi sama dengan Indonesia namun pariwisatanya sangat maju. Contohnya, Amerika Serikat, Jepang, New Zealand, dan Australia. Artinya, kita bisa terus mengembangkan sektor pariwisata sekaligus hidup harmoni dengan bencana," tambah dia.

Dwikorita menyebut, informasi mengenai kondisi hidrometeorologi dalam kepariwisataan sangat penting, mengingat mayoritas dari destinasi wisata di Indonesia sangat berkaitan dengan alam. Dengan memahami kondisi cuaca dan iklim, wisatawan dapat mengatur rencana yang tepat dan ideal untuk berwisata di suatu destinasi. Selain itu, Informasi praktikal mengenai perubahan cuaca harian atau dalam suatu hari bermanfaat bagi wisatawan untuk dapat beradaptasi.

"Contohnya, informasi cuaca hari ini diprakirakan akan panas atau hujan. Informasi ini dapat dijadikan acuan wisatawan untuk bisa menyesuaikan jenis pakaian yang dikenakan dan perlengkapan yang dibawa seperti payung, jas hujan, atau kacamata hitam," imbuhnya.

Manfaat lain, dengan informasi yang ada maka potensi bahaya bencana bisa diantisipasi. Termasuk informasi respon tindakan yang harus dilakukan jika bencana tersebut terjadi. Misalkan, titik kumpul, jalur-jalur evakuasi, dan nomor telepon penting.

"Di sisi para pelaku pariwisata, dengan informasi meteorologi, klimatologi, dan geofisika yang dikeluarkan BMKG dapat digunakan untuk memetakan potensi dan mengatur paket wisata dengan lebih efisien.

Selain informasi kondisi cuaca dan iklim, lanjut Dwikorita, dukungan BMKG lainnya yang tidak kalah penting untuk sektor pariwisata adalah kehadiran layanan informasi cuaca penerbangan di Stasiun Meteorologi daerah wisata yang tentunya sangat krusial dalam mendukung lalu lintas penerbangan di wilayah tersebut.

Dwikorita berharap, MoU yang dilakukan dengan Kemenparekraf ini dapat turut menggerakkan pariwisata dan perekonomian masyarakat yang begitu sangat terpukul akibat pandemi Covid-19. Dengan informasi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika di Bidang Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif yang dikeluarkan BMKG diharapkan juga memberi kenyamanan bagi wisatawan lokal maupun mancanegara yang berwisata.

Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno mengatakan dukungan BMKG sangat penting dalam mendorong pemulihan pariwisata dan ekonomi kreatif pasca hantaman Pandemi Covid-19. Sandi berharap pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia dapat segera bangkit seiring massifnya vaksinasi Covid-19 untuk mencapai kekebalan komunal (herd immunity). (*)

Biro Hukum dan Organisasi
Bagian Hubungan Masyarakat

Instagram : @infoBMKG
Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG
Facebook : InfoBMKG
Youtube : infoBMKG
Tiktok : @infoBMKG

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024