Kerjasama PBNU-BMKG Informasi BMKG, Dukung Keselamatan Masyarakat

  • Taufiq Kurniawan
  • 12 Feb 2019
Kerjasama PBNU-BMKG Informasi BMKG, Dukung Keselamatan Masyarakat

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melakukan penandatanganan dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) guna Pemanfaatan dan Pengembangan Informasi di Bidang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, Selasa (12/2) di Kantor PBNU Jakarta.

Kepala BMKG, Dr.Dwikorita Karnawati menuturkan untuk mendukung antisipasi dan mitigasi bencana diperlukan adanya strategi pentahelix yang terdiri atas akademia/pakar, pihak swasta, masyarakat, tokoh agama,pemerintah, dan lembaga terkait serta media.

"Salah satu strategi kerjasamanya dilakukan dengan para tokoh masyarakat (ulama), "sambung Dwikorita".

Dengan jejaring Nahdatul Ulama (NU)yang luas dan tersebar di seluruh Indonesia, kata dia diharapkan penyebarluasan informasi cuaca, iklim dan gempa bumi dapat dilakukan secara efektif dan efisien dalam rangka mendukung keselamatan masyarakat.

Dwikorita menjelaskan kesepakatan bersama ini akan berlangsung selama 5 tahun kedepan, setelah menandatangani kesepakatan bersama ini.

"Kami mengandeng NU, lanjut Dwikorita karena NU mempunyai jejaring yang sangat luas dan kuat di seluruh penjuru tanah air sehingga diharapkan melalui jejaring ini,informasi BMKG dapat disampaikan kepada masyarakat.

Lebih lanjut, Dwikorita berharap melalui kerjasama ini, informasi dari BMKG nantinya dapat menghasilkan informasi untuk produktifitas pembangunan, seperti Sekolah Lapang Iklim (SLI) BMKG.

Dwikorita menjelaskan informasi ini dapat membantu nelayan atau pun petani untuk meningkatkan produktivitas panen.

Sambung dia, kegiatan SLI yang dilakukan sejak 2011, tiap tahun dapat meningkatkan 36 persen.

"Melalui NU, informasi yang salah atau Hoax dapat diluruskan sehingga informasi yang disampaikan lebih efektif," tambah Dwikorita.

Sementara menurut Ali Yusuf selaku ketua LPBI (Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim NU), dari sini diharapkan informasi dari BMKG mudah diterima dan dipergunakan oleh masyarakat untuk mendukung kesejahteraan dan keselamatan warga.

Lebih lanjut, Ali mengatakan, NU juga memiliki lembaga Falakiah yang sangat concern terhadap pergerakan cuaca maupun rukhyatul hilal.

"Lembaga falakiah juga mempunyai pakar untuk memprediksi bencana alam sehingga nantinya antara BMKG dengan NU bisa bertukar pikiran / exchange," ucap Ali.

Kerja sama ini nantinya akan membahas poin penting yang sangat starategis untuk diprioritaskan. Seperti halnya, penggunaan bahasa lokal untuk masyarakat paling bawah sehingga mereka bisa memahami dan mengantisipasi dari setiap bencana yang akan terjadi.

Melalui kerjasama ini, BMKG dan PBNU menyepakati beberapa ruang lingkup kesepakatan, yaitu penyampaian dan penyebarluasan informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika, penyediaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana, penyediaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan bersama, penguatan dan pengembangan kapasitas sumber daya manusia, dan penguatan kelembagaan.

Biro Hukum dan Organisasi
Bagian Hubungan Masyarakat

Instagram : @InfoBMKG
Twitter : @InfoBMKG
Youtube : InfoBMKG
Facebook : InfoBMKG

#BMKG
#PemerintahBekerja

http://www.bmkg.go.id

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024