Kepala BMKG Menutup Rapat Prakiraan Musim Kemarau 2021

  • Ibrahim
  • 27 Feb 2021
Kepala BMKG Menutup Rapat Prakiraan Musim Kemarau 2021

Jakarta - Kepala BMKG Dwikorita Karnawati secara resmi menutup rapat Prakiraan Musim Kemarau (PMK) 2021, yang berlangsung secara virtual pada Jumat, (26/2). Rapat yang berlangsung sejak Senin (22/2) merupakan kegiatan rutin tahunan yang dilakukan sebagai ajang koordinasi dan sinkronisasi produk prakiraan musim yang dilakukan oleh BMKG Pusat dengan UPT daerah sesuai dengan zona musim masing-masing.

Salah satu target yang akan dicapai dari kegiatan ini adalah Prakiraan Musim Kemarau skala nasional. Hasil prakiraan ini digunakan sebagai salah satu indikator kinerja berupa presentase akurasi informasi iklim. Dalam rapat PMK 2021 juga melibatkan para forecaster dari BMKG Pusat, UPT daerah yang terdiri dari Stasiun Klimatologi, Stasiun Meteorologi Kordinator dan Stasiun GAW (Global Atmosphere Watch) dan Narasumber dari Puslitbang dan Pusat Database BMKG.

Sebagai upaya peningkatan kapasitas forecaster, juga diadakan lokakarya ilimiah sebagai salah satu rangkaian acara rapat PMK 2021. Dalam lokakarya ilmiah ini hadir pembicara dari berbagai lembaga diantaranya Hydrology Research Center USA, The Climate Reality Project dan PetaBencana.id. Selain itu, juga terdappt paparan tentang capaian kajian dari staf kedeputian klimatologi yang sedang menempuh kuliah strata doktor (S3). Sesi lokakarya ilmiah nasional diikuti oleh total peserta sebanyak berjumlah 475 orang.

Dalam kegiatan ini Dwikorita mengatakan bahwa Stasiun klimatologi memiliki peran penting dalam menentukan ketahanan pangan. Kepala UPT diharapkan menyadari bahwa adanya harta karun karena stasiun klimatologi memiliki kumpulan data yang sangat panjang, runtun dan lahan kantornya cukup luas. "Alat-alat pengamatan stasiun klimatologi dan GAW sudah dikalibrasi dunia dan berteknologi canggih. BMKG mestinya bisa sebagai influencer karena sebagai pemegang data," tutur Dwikorita.

Ia kemudian melanjutkan, "zaman dahulu, penguasa dunia adalah penguasa rempah-rempah. Setelah perang dunia, penguasa dunia adalah pemilik energy seperti oil and gas. Saat ini penguasa dunia adalah pemilik data dan informasi. BMKG merupakan salah satu kelompok itu. Mengapa kita tidak bisa menjadi influencer? Alasannya mungkin karena kelalaian kita karena belum bisa membuat analisis data yang menjadi informasi secara menarik."

Menurut Dwikorita, Saat ini stasiun klimatologi sudah mahir dalam menyampaian informasi secara menarik. Sebagai ASN BMKG menampilkan data-data dan informasi berkaitan dengan BMKG sehingga masyarakat selalu terinfokan. "BMKG jangan hanya jadi operator data atau pengamat, melainkan selalu mengolah data untuk analisis lebih lanjut, sehngga apabila mahasiswa yang melakukan kerja praktik harus punya syarat untuk menulis bersama dengan ASN BMKG. Jabatan fungsional saat ini harus ditingkatkan dari pengamat menjadi analisis/rekomendator. Sebagai analis, minimal memiliki gelar master. BMKG sebagai rekomendator kepada presiden, sehingga semua pegawai minimal bergelar master," jelas beliau.

Menutup sambutannya, Dwikorita berpesan kepada Kepala pusat untuk dapat memberikan mandat melakukan analisis iklim di daerah aliran sungai (DAS) sebagai projek eksperimental. Ia juga memberi arahan untuk kedepannya dapat menambahkan penghargaan untuk stasiun yang melakukan eksperimen bagaimana kondisi iklim berdampak pada tanaman tertentu. Sehingga produk menjadi premium, tanpa melewati ketepatan dan kecepatan informasi. "Bapak kepala pusat mohon dibimbing kepala upt dalam pengadaan alat agar data yang dihasilkan valid dan akurat. Quality manajemen sistem harus menjadi darah daging kita agar kita bisa berjaya dalam data kita. Mohon diseringkan untuk mengundang pakar internasional secara webinar terutama dalam mengkampayekan perubahan iklim global," pungkas Dwikorita.

Dalam kesempatan ini, Kepala BMKG juga menyerahkan secara simbolis piagam penghargaan Stasiun Klimatologi Terbaik 2020 Kelas I/II yang diraih oleh:

1. Stasiun Klimatologi Kelas II Jembrana
2. Stasiun Klimatologi Kelas II Menpawah
3. Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang

Berikutnya piagam penghargaan Stasiun Klimatologi Terbaik 2020 Kelas III/IV yang diraih oleh:

1. Stasiun Klimatologi Kelas IV Muaro Jambi
2. Stasiun Klimatologi Kelas IV Aceh Besar
3. Stasiun Klimatologi Kelas IV Sleman

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024