Indonesia-Perancis: Tingkatkan Layanan Informasi Cuaca untuk Laut

  • Dwi Rini
  • 28 Nov 2018
Indonesia-Perancis: Tingkatkan Layanan Informasi Cuaca untuk Laut

Jakarta, (28/11). Rabu siang, Mr. Jean-Baptiste Lemoyne dan H.E. Mr. Jean-Charles Berthonnet, Duta Besar Perancis untuk Indonesia beserta tim kunjungi Ruang operasional Meteorologi dan Indonesia Tsunami Early warning Center di Kantor BMKG. Kegiatan ini sebagai penjajakan pada kegiatan Strengthening BMKG Climate & Weather Service Capacity phase II (STR-II) yang akan dimulai pada tahun 2019 hingga 5 tahun mendatang melalui 2 (sumber) pendanaan, yaitu dari Pemerintah Prancis dan lembaga keuangan Prancis AFD.

"Nantinya, kegiatan ini difokuskan pada penguatan layanan BMKG di bidang kemaritiman, utamanya informasi cuaca untuk laut,"ujar Dr. Widada Sulistya, DEA, Deputi bidang Instrumentasi, Kalibrasi, Rekayasa, dan Jaringan Komunikasi didepan media massa. sambungnya, Perancis akan memberikan bantuan 150 juta US Dollar untuk membangun infrastruktur guna menunjang kegiatan observasi, pegolahan, serta penyampaian informasi dan penguatan SDM.

"Kerjasama yang telah terjalin antara perancis dengan Indonesia sangat baik, antara BMKG dengan Meteo France Internasional (MFI) untuk membangun sistem informasi cuaca dan Iklim dan meningkatkan kemampuan SDM, "ujar Mr. Jean-Baptiste Lemoyne, Menteri Muda Luar Negeri Perancis. Ia mengharapkan, nantinya kerjasama ini bisa dilanjutkan untuk meningkatkan sistem pelayanan informasi, terutama di bidang kemaritiman.

Sementara Deputi Bidang Meteorologi, Probowo Rahadi Mulyono mengutarakan Informasi inilah akan menjangkau kelautan di Indonesia untuk mendukung keselamatan dan efisiensi berbagai kegiatan kelautan diantaranya konektivitas antar-pulau, keamanan transportasi laut, kegiatan eksplorasi SDA di laut, pariwisata dan berbagai aktivitas laut lainnya.

Jika kita tengok kebelakang, Pada tahun 2012-2015, BMKG telah melaksanakan proyek modernisasi sistem operasional mulai dari pengamatan, pengolahan data, produksi dan diseminasi yang disebut dengan Strengthening BMKG Climate & Weather Service Capacity (STR-I). Proyek yang sumber dananya berasal dari pinjaman lunak Pemerintah Prancis ini dilaksanakan oleh Meteo France International (MFI) dan didukung penuh oleh Meteo France serta anggota konsorsium Prancis lainnya.

Proyek ini telah berjalan dengan baik dan telah berhasil meletakkan fondasi modernisasi BMKG. Namun demikian seiring dengan berkembangnya teknologi dan peradaban maka sistem yang telah dibangun ini harus terus dikembangkan.

Pada STR-II ini, selain untuk perluasan cakupan geografis dan layanan pada STR-II, juga akan lebih difokuskan terhadap penguatan layanan BMKG di bidang kemaritiman, hal ini didasari bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan sehingga perlu adanya informasi cuaca dan iklim laut yang akurat untuk mendukung keselamatan dan efisiensi berbagai kegiatan kelautan diantaranya konektivitas antar-pulau, keamanan transportasi laut, kegiatan eksplorasi SDA di laut, pariwisata dan berbagai aktivitas laut lainnya.

Melalui kegiatan STR-II inilah, BMKG mengharapkan nantinya dapat meningkatkan kapasitas layanan cuaca dan iklim untuk berbagai sektor dengan mewujudkan informasi cepat, tepat, akurat, luas, dan mudah dipahami sehingga memberikan dampak secara tidak langsung terhadap pertumbuhan PDB Nasional.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024