Dukung Industri Kopi Nasional, BMKG Tingkatkan Literasi Iklim Petani Kopi

  • Rozar Putratama
  • 20 Mar 2023
Dukung Industri Kopi Nasional, BMKG Tingkatkan Literasi Iklim Petani Kopi

SIARAN PERS

http://www.bmkg.go.id

Dukung Industri Kopi Nasional, BMKG Tingkatkan Literasi Iklim Petani Kopi

TEMANGGUNG (18 Maret 2023) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus menggencarkan Sekolah Lapang Iklim (SLI) dengan menyasar berbagai komoditas unggulan pertanian. Salah satunya yaitu komoditas kopi di Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah.

Seperti diketahui, kopi Temanggung sudah terkenal di sejumlah kota besar di Indonesia, bahkan sudah ekspor ke beberapa negara. Kopi Temanggung juga sering menyabet gelar juara dalam kontes kopi nasional maupun internasional dengan dua jenis kopi unggulannya, yakni robusta dan arabika.

Tercatat hingga saat ini, lahan perkebunan kopi di Kabupaten Temanggung telah mencapai 9,536,37 hektar atau 23,99% dari total luas tanaman kopi di Jawa Tengah. Kabupaten Temanggung juga memberikan kontribusi untuk total produksi kopi Jawa Tengah sebesar 11.560,27 ton atau 56,97% dari total produksi kopi Jawa Tengah. Merujuk data tahun 2014, produksi kedua jenis kopi tersebut sangat signifikan yakni sebesar 2,4 juta ton untuk arabika dan 10,2 juta ton untuk robusta.

"Sebelumnya SLI yang diselenggarakan kami (BMKG-red) telah menyasar petani padi, bawang, cabai, dan juga tembakau di Kabupaten Temanggung. Dan hasilnya, produksi komoditas pertanian tersebut meningkat pesat. Saat ini yang menjadi sasaran kami adalah petani kopi, mengingat Temanggung menjadi salah satu daerah penghasil kopi terbaik di Indonesia," ungkap Dwikorita saat membuka SLI di Temanggung, Sabtu (18/3/2023).

Turut hadir dalam acara tersebut, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Anggota Komisi V DPR RI Sudjadi, Bupati Temanggung Muhammad Al Khadziq, Plt. Deputi Bidang Klimatologi BMKG Dodo Gunawan, dan Kepala Balai Besar MKG Wilayah II Ciputat Hartanto.

Dwikorita menyebut, lewat SLI, BMKG berupaya membantu petani memahami informasi iklim. Terlebih, pertanian merupakan kegiatan yang dilakukan di tempat terbuka sehingga sangat berkaitan dengan cuaca dan iklim. Sehingga, kalau petani kopi tidak dibekali informasi iklim maka tingkat kegagalan tinggi dan berdampak produksi kopi secara nasional.

Apalagi, kata Dwikorita, faktanya Indonesia adalah salah satu negara produsen dan eksportir kopi paling besar di dunia. Sedangkan berkaitan dengan komoditi-komoditi agrikultur, kopi adalah penghasil devisa terbesar keempat untuk Indonesia setelah minyak sawit, karet dan kakao.

Singkatnya, lanjut Dwikorita sebagai komoditas unggulan, ndustri kopi telah berkontribusi sebagai pendorong pendapatan petani kopi, sumber devisa negara, penghasil bahan baku industri, hingga penyedia lapangan pekerjaan melalui kegiatan pengolahan, pemasaran, serta perdagangan ekspor dan impor.

"SLI ini menjadi bagian dari komitmen BMKG memajukan pertanian Indonesia. Harapan kami, setelah petani dibekali ilmu tentang cuaca dan iklim maka kedepan volume produksi dan kualitas kopi Indonesia semakin meningkat dan stabil sehingga daya saing kopi Indonesia di pasar internasional semakin kuat," imbuhnya.

"Hilirnya tentu saja kesejahteraan para petani juga akan meningkat dan angka kemiskinan dapat semakin menurun. Bagaimanapun cuaca dan iklim sangat berpengaruh terhadap sektor pertanian dan perkebunan, serta ketahanan pangan suatu negara," tambah Dwikorita.

Sementara itu, Plt. Deputi Bidang Klimatologi BMKG Dodo Gunawan menerangkan bahwa SLI Operasional Tahun Anggaran 2023 diselenggarakan di Desa Jambon, Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah dengan diikuti oleh 30 peserta yang terdiri dari 3 peserta dari Penyuluh Petani Lapang (PPL) dan 27 peserta dari petani untuk tanaman Kopi.

Dodo menuturkan, SLI sendiri merupakan cara BMKG sebagai penyedia Informasi dan petani sebagai "end user" berinteraksi melalui penyuluh petani lapangan. SLI, kata dia, merupakan salah satu bentuk dukungan BMKG pada sektor pertanian. Tujuan utamanya adalah meningkatkan wawasan petani tentang informasi iklim dan cuaca BMKG dan menggunakan informasi tersebut untuk kegiatan pertanian.

Secara khusus, lanjut Dodo, SLI mencakup tiga tujuan utama yaitu pertama, meningkatkan pengetahuan iklim petani dan kemampuan mereka untuk mengantisipasi fenomena iklim tertentu dalam aktivitas usaha tani mereka. Kedua, membantu petani dalam mengamati parameter iklim dan menggunakan aplikasi dalam kegiatan dan strategi usaha tani mereka. Dan, Ketiga membantu petani untuk menerjemahkan dan memahami informasi dan prakiraan iklim guna mendukung kegiatan pertanian, terutama untuk keputusan awal tanam dan strategi pengelolaan tanaman mereka.

"Seperti diketahui, produktivitas dan harga jual kopi turut ditentukan oleh proses perawatan dan pengolahannya sehingga diperlukan proses perawatan dan pengolahan yang tepat agar nilai jual komoditas kopi dapat mencapai nilai maksimal. Dan itu semua sangat berkaitan dengan cuaca dan juga iklim," pungkasnya. (*)

Biro Hukum dan Organisasi
Bagian Hubungan Masyarakat

Instagram : @infoBMKG
Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG
Facebook : InfoBMKG
Youtube : infoBMKG
Tiktok : infoBMKG

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024