Dua Siklon Tropis Tumbuh Dekat Wilayah Indonesia, Ini Analisis BMKG Terkait Dampaknya

  • Ayu Isrianti Putri
  • 22 Des 2016
Dua Siklon Tropis Tumbuh Dekat Wilayah Indonesia, Ini Analisis BMKG Terkait Dampaknya

(JAKARTA, 22 Desember 2016) Dua Siklon Tropis (TC) terbentuk di dekat wilayah Indonesia, yaitu TC YVETTE dan TC NOCK-TEN. TC YVETTE tumbuh di Samudera Hindia Sebelah Selatan Jawa, pada posisi 14.1 BT, 114.2 LS, tepatnya pada jarak sekitar 653 km dari Denpasar pada hari Rabu (21 Des 2016, 13.00 WIB). Pusat tekanan rendahnya 990 hPa dan kecepatan angin maksimum di sekitarnya 75 km/jam. Pergerakan TC YVETTE perlahan ke arah timur- tenggara menjauhi wilayah Indonesia. Sedangkan TC NOCK-TEN terbentuk di Samudera Pasifik Barat sebelah utara Papua, tepatnya di 8.1 LU, 139.6 BT pada hari Kamis (22 Desember 2016, 04.00 WIB). Pusat tekanan rendah TC NOCK-TEN mencapai 1000 hPa dengan angin maksimum di sekitarnya mencapai 93 km/jam dan pergerakannya ke arah Barat Laut dengan kecepatan 20 km/jam. Dalam waktu dua hari ke depan kedua TC tersebut masih dapat terbentuk.

Terbentuknya dua TC tersebut secara tidak langsung dapat menyebabkan kondisi cuaca signifikan di beberapa wilayah di Indonesia. Pola siklonik yang terbentuk dari dua TC tersebut menyebabkan pola angin di wilayah Indonesia cukup signifikan memberikan dampak pada pembentukan awan hujan dengan potensi hujan sedang hingga lebat di beberapa wilayah dan angin kencang terutama di wilayah perairan yang menyebabkan timbulnya gelombang tinggi.

Dalam periode Tiga hari kedepan perlu di waspadai potensi angin kencang di wilayah Laut Jawa, Laut Bali, sebagian wilayah Jawa Barat hingga Jawa Timur, Pesisir selatan Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT. Potensi hujan sedang hingga lebat di wilayah Jawa Timur bagian Timur dan Selatan, Bali, NTB, NTT, Papua Barat, Papua bagian Utara, dan Biak. Potensi gelombang laut dengan ketinggian 2.0 - 2,5 meter dapat terjadi di samudera Pasifik Barat sebelah utara Biak, Samudera Pasifik sebelah utara Jayapura, perairan Biak dan Perairan Jayapura- Sarmi. Gelombang laut dengan ketinggian 2.5 - 4.0 meter dapat terjadi di wilayah Laut Jawa bagian tengah dan timur, Samudera Hindia selatan Jawa Tengah hingga Jawa Timur, Perairan selatan Jawa Tengah hingga NTB, selat Bali bagian selatan, Laut Sumbawa, Laut Flores bagian barat. Sedangkan potensi gelombang laut dengan ketinggian lebih dari 4.0 meter dapat terjadi di wilayah Samudera Hindia selatan Bali hingga NTT.

Masyarakat dan pengguna transportasi laut dihimbau agar waspada dan lebih berhati-hati terhadap dampak secara tidak langsung yang dapat ditimbulkan dari fenomena TC YVETTE dan TC NOCK-TEN seperti angin kencang, potensi gelombang laut tinggi, hujan lebat, dan lainnya.

Untuk memudahkan masyarakat dalam mengantisipasi bencana akibat kondisi cuaca ekstrem, BMKG membuka layanan informasi cuaca 24 jam dapat menghubungi melalui :

  • call center 021-6546318 ;
  • http://www.bmkg.go.id ;
  • follow @infobmkg, playstore: info BMKG;

Atau dapat langsung menghubungi kantor BMKG terdekat di kota Anda.

Kepala Pusat Meteorologi Publik

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024