Demi Keselamatan Transportasi, BMKG Minta Tidak Sepelekan Informasi Cuaca dan Iklim

  • Hatif Thirafi
  • 18 Agu 2021
Demi Keselamatan Transportasi, BMKG Minta Tidak Sepelekan Informasi Cuaca dan Iklim

SIARAN PERS

JAKARTA (18 Agustus 2021) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta penyedia layanan angkutan penyeberangan tidak menyepelekan informasi cuaca yang rutin dikeluarkan BMKG. Hal ini sebagai langkah mitigasi dan antisipasi dalam upaya meningkatkan keselamatan transportasi.

"Indonesia adalah negara kepulauan dan memiliki banyak sekali pelabuhan dan dermaga yang melayani angkutan penyeberangan. Hampir 65 persen wilayah Indonesia merupakan perairan, maka informasi cuaca laut sangat krusial dalam menciptakan keselamatan transportasi di titik-titik penyeberangan," ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam Focus Group Discussion (FGD) daring yang diselenggarkan BMKG, Rabu (18/8).

"Kami sangat berharap dukungan informasi iklim dan cuaca yang dikeluarkan BMKG dapat dimanfaatkan dengan baik guna meningkatkan keamanan dan keselamatan transportasi," tambah Dwikorita.

Hadir menyampaikan Arahan Kunci dalam FGD yang mengambil tema "Waspada Cuaca, Tingkatkan Keselamatan Jalur Penyeberangan" tersebut Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, juga sejumlah nahkoda kapal penyeberangan, syahbandar dan elemen terkait lainnya.

Dwikorita menyebut, kondisi cuaca sangat berpengaruh terhadap kelancaran dan keamanan transportasi penyeberangan laut. Kemungkinan hujan, badai, angin, dan gelombang tinggi sangat besar terjadi selama perjalanan.

Terlebih, kata dia, saat ini Indonesia dan negara-negara di dunia tengah menghadapi perubahan iklim yang memicu pergeseran pola musim dan suhu udara sehingga juga mengakibatkan peningkatan frekuensi dan intensitas bencana hidrometeorologi.

"Perubahan cuaca berlangsung sangat cepat dan tidak menentu yang dipengaruhi banyak faktor. Karenanya, kami juga terus berupaya meningkatkan, kecepatan, ketepatan, dan akurasi dalam prakiraan cuaca hingga skala tapak. Untuk itu pada tahun 2018 dan 2019 BMKG memasang HF Radar yg berfungsi mendeteksi kecepatan dan arah arus, serta tinggi gelombang dan tsunami secara real time di Selat Bali dan Selat Sunda ", imbuhnya

Selanjutnya Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, juga menambahkan bahwa saat ini BMKG melayani informasi cuaca utk 220 Pelabuhan dan 232 Wilayah Perairan di seluruh Wilayah Indonesia. Bahkan mulai tahun 2019 lalu hingga tahun 2024 nanti BMKG sedang melakukan program percepatan untuk Modernisasi dan Inovasi Teknologi Sistem Observasi, Analisis, Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Maritim di sepanjang Jalur Lintasan Pelayaran Utama dan Penyeberangan di Perairan Indonesia.

Dwikorita mengatakan, BMKG terus menyisir berbagai persoalan yang dihadapi penyedia layanan angkutan penyeberangan dan stakeholder lainnya guna meningkatkan keselamatan transportasi penyeberangan. BMKG ingin informasi cuaca dan iklim yang dikeluarkan tidak hanya dimengerti dan dipahami, namun juga dapat dipatuhi.

"Jadi para operator dan penyedia layanan penyeberangan tahu kapan harus jalan, kapan harus berhenti. Dengan begitu, kemungkinan jatuhnya korban dan kerugian lainnya dapat diminimalisir," ujarnya.

Sementara itu, dalam arahannya Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan sinergi antara Kementerian Perhubungan dan BMKG sangat penting untuk menjaga keselamatan dalam transportasi. Informasi cuaca dan berbagai instrumen pendukungnya dipandang mampu menjaga keselamatan khususnya pada sektor angkutan penyeberangan.

"Ini agar 'zero victim'. Pemahaman BMKG dan para stakeholder harus ada. Dukungan info dari BMKG terkait kondisi iklim dan cuaca sangat penting perannya dalam transportasi. Ini tidak hanya dirasa moda pelayaran dan penerbangan tapi semua moda," imbuhnya.

Dalam kesempatan tersebut, Budi Karya meminta BMKG untuk memasang dan menambah peralatan observasi cuaca maritim pada pelabuhan penyebrangan terutama jalur penyebrangan yang padat (AWS dan HF Radar). Budi juga meminta BMKG mengintegrasikan data cuaca dengan layanan lain seperti peta pelayaran digital (electronic navigational chart).

"Mohon kepada BMKG bisa menempatkan personil di pelabuhan-pelabuhan yang padat aktivitas. Selain mempercepat arus informasi juga dapat mensosilisasikan kepada stakeholder pelabuhan penyeberangan mengenai informasi cuaca dan iklim. Termasuk, memberikan pelatihan pada PIC pelabuhan penyebrangan dalam membaca data parameter cuaca," paparnya.

Menurut Budi Karya, fungsi stasiun (local port service/LPS) perlu ditingkatkan. Selain melayani untuk pengaturan kapal, juga menjadi pusat informasi cuaca maritim di pelabuhan penyeberangan.

Narasumber lainnya, Direktur Perkapalan dan Kepelautan Kemenhub, Capt Hermanta menyampaikan bahwa perkembangan teknologi dan informasi cuaca maritim dari BMKG saat ini sudah sangat jauh lebih maju. Data dan informasi yang dihasilkan, kata dia, sangat lengkap, akurat, detail, dinamis dan mudah diakses secara digital melalui berbagai kanal komunikasi secara real time.

Namun menurut Hermanta, kecepatan pengembangan teknologi informasi cuaca tersebut belum sepenuhnya diiringi dengan kecepatan peningkatan pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan para operator dan pengguna informasi cuaca tersebut dalam membaca dan memanfaatkannya.

Oleh karena itu, kolaborasi intensif perlu dilakukan antara BMKG, Kementerian Perhubungan, dan seluruh pihak pengguna informasi untuk bersama melaksanakan Program Pengembangan Kapasitas dalam Pemanfaatan Info Cuaca. Antara lain, lanjutnya, melalui, Sosialisasi, "Training of Trainers" (ToT), serta pelatihan bagi para operator dan pengguna informasi (*)

Biro Hukum dan Organisasi
Bagian Hubungan Masyarakat

Instagram : @infoBMKG
Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG
Facebook : InfoBMKG
Youtube : infoBMKG

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024