BMKG Tingkatkan Pengetahuan Petani di Jateng Antisipasi Dampak Iklim Ekstrem

  • Ayu Isrianti Putri
  • 12 Apr 2021
BMKG Tingkatkan Pengetahuan Petani di Jateng Antisipasi Dampak Iklim Ekstrem

Jawa Tengah (12 April 2021) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terus berupaya meningkatkan pengetahuan para petani dalam mengantisipasi dampak fenomena iklim ekstrem melalui Sekolah Lapang Iklim (SLI) Operasional yang kali ini dilaksanakan di Desa Tuksari, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah.

"Tahun lalu, di Kabupaten Temanggung, tepatnya di Desa Legoksari, Kecamatan Tlogomulyo, telah sukses dilakukan panen bawang merah sebagai permulaan SLI di Provinsi Jawa Tengah. Saat ini, kita mencoba mengulang kesuksesan tersebut di lahan tanam Desa Tuksari, masih di tengah kondisi pandemi COVID-19 sehingga menjadi pengalaman baru bagi masyarakat petani," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat membuka SLI, Minggu (11/4/2021).

SLI dilaksanakan BMKG dengan bekerja sama dengan pemerintah daerah Provinsi Jawa Tengah, para petugas lapang dan penyuluh pertanian, yang langsung bersentuhan dengan masyarakat petani, untuk melakukan langkah strategis agar para petani tetap bisa beraktivitas dan mampu meningkatkan ketahanan pangan di tengah pandemi COVID-19 dengan berbasis konsultasi virtual/daring.

Sejak tahun pandemi Covid tahun lalu, BMKG mengusung konsep kegiatan SLI operasional dengan target kegiatan fokus pada kelompok tani binaan, dilakukan secara keberlanjutan selama beberapa tahun kedepan dan menggandeng dinas pertanian setempat untuk berbagi sumber daya.

SLI yang diikuti 30 peserta terdiri dari 5 penyuluh pertanian dan selebihnya petani bawang di Desa Tuksari itu akan berlangsung secara virtual/daring serta praktik langsung di lapangan sebanyak 5 kali pertemuan dalam waktu sekitar 4 bulan dalam satu musim tanam.

Praktik di lapangan akan dilakukan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan untuk memutus mata rantai penularan COVID-19.

Sekretaris Daerah Temanggung, Hary Agung Prabowo, pada kesempatan yang sama menyampaikan bahwa wilayah yang dipimpinnya sangat mendukung untuk pengembangan komoditas unggul salah satunya bawang merah, namun petani sering kali mengalami gagal panen karena dampak perubahan dan gangguan iklim sehingga petani harus merugi.

"Sektor pertanian sangat terbantu dengan adanya informasi dari BMKG, sehingga dapat menjadi rujukan untuk merencanakan kegiatan penanaman, pemupukan, pemeliharaan, dan kegiatan budidaya lainnya," kata Sekda Temanggung.

Dia menambahkan, fenomena perubahan iklim tidak bisa dikendalikan namun kecakapan dalam membaca fenomena tersebut sangat penting karena menjadi landasan untuk untuk melaksanakan aktivitas pertanian.

Dwikorita menambahlan, "SLI merupakan salah satu upaya BMKG dalam meningkatkan literasi iklim dan desiminasi informasi iklim untuk pertanian, dalam rangka menghadapi kondisi cuaca dan iklim ekstrem. Selain itu SLI juga untuk mendukung percepatan pemulihan ekonomi di masa pandemi ini".

Selanjutnya Sukisno sebagai Koordinator BMKG Propinsi Jateng menjelaskan bahwa SLI merupakan suatu kegiatan interaktif menggunakan metode Belajar Sambil Praktek dengan beberapa tahapan dimana para petani/peserta belajar mengidentifikasi sendiri permasalahan yang terjadi. Kemudian petani dapat mengungkapkan permasalahan tersebut kepada rekan-rekan sesama peserta dan juga kepada PPL/POPT dilanjutkan dengan menganalisa, menyelidiki sebab terjadinya permasalahan dalam lahan belajar. Setelah diketahui penyebab masalahnya lalu disimpulkan dan antisipasinya. Selanjutnya para petani menerapkan solusi dari permasalahan yang telah dihadapi berdasarkan pengalaman yang sudah dipelajari.

Jadi prinsip pendidikan dalam SLI operasional ini adalah memberikan peran yang seluas-luasnya kepada petani untuk mengembangkan pengetahuan yang diperoleh dari hasil pengalamannya, dan memadukan dengan informasi yang diperoleh dari para pemandu dalam rangka antisipasi dampak iklim ekstrem, juga diberikan pula materi dan praktik mengenai budidaya serta penanggulangan hama penyakit.

Selain itu peserta juga akan dibekali materi seperti pengenalan alat ukur cuaca dan iklim, tata cara pengamatan unsur cuaca dan aroekosistem, mengenal perbedaan cuaca dan iklim serta proses pembentukan awan hujan.

Para peserta juga diberikan pemahaman informasi prakiraan iklim dan musim, penyimpangan iklim dan iklim ekstrem, budidaya tanaman bawang merah, pengendalian hama dan penyakit tanaman bawang merah, pranata mangsa serta analisis usaha tani dan teknik pengubinan.

Dengan berbagai materi dan praktikum yang diberikan, diharapkan setelah kegiatan SLI selesai, para peserta bisa mempraktikkan dalam kegiatan pertanian di lingkungan dan kelompoknya, serta selalu memanfaatkan informasi iklim dan musim dalam menunjang pola tanam.

Hingga tahun 2020, secara nasional SLI telah menjangkau lebih dari 13.850 peserta dari penyuluh pertanian, pemerintah daerah, babinsa, dan petani di 33 provinsi dan sebanyak 240 petani di antaranya merupakan petani di Jawa Tengah.

Dalam SLI ini hadir pula Ir.Sudjadi, Anggota Komisi V DPR RI sebagai salah satu inisiator kegiatan tersebut, juga Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kab Temanggung, Joko Budi Nuryanto SP. M.Si., Ketua DPRD Kab. Temanggung yang diwakili oleh Drs. Tunggul Purnomo, Kepala Balai Besar Wilayah II, Hendro Nugroho. serta Koordinator BMKG Jawa Tengah, Sukasno
(*)

Biro Hukum dan OrganisasiBagian Hubungan Masyarakat

Instagram : @infoBMKG
Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG
Facebook : InfoBMKG
Youtube : infoBMKG

https://www.bmkg.go.id/

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024