BMKG Tegaskan Komitmen Dukung Kedaulatan Pangan

  • Ibrahim
  • 23 Okt 2021
BMKG Tegaskan Komitmen Dukung Kedaulatan Pangan

YOGYAKARTA (21 Oktober 2021) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan komitmennya untuk terus mendorong Indonesia mencapai keadulatan pangan. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan terus menggelar Sekolah Lapang Iklim (SLI) di seluruh wilayah Indonesia.

"Lewat SLI, BMKG tidak sebatas berupaya mewujudkan kedaulatan pangan, namun juga kesejahteraan petani Indonesia," ungkap Kepala BMKG disela-sela kegiatan Sekolah Lapang Iklim (SLI) Tematik di Kelurahan Sukoreno, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Menurut Dwikorita, SLI adalah upaya BMKG memperkuat produksi stabilitas pangan di sektor hulu. Pemahaman cuaca dan iklim, kata dia, akan mendorong kemandirian petani dalam menyusun strategi tanam guna menghasilkan hasil panen yang maksimal.

"Sekolah Lapang Iklim Tematik ini melibatkan secara penuh para petani pemakai air sebagai mediator/interface antara informasi cuaca/iklim dan petani," kata Dwikorita, saat membuka SLI Tematik ini Kamis, 21 Oktober 2021.

Dwikorita mengatakan SLI Tematik meningkatkan pemahaman petani dalam "membaca" informasi cuaca atau literasi iklim. Sebab diketahui, petani umumnya telah memiliki kearifan lokal turun menurun mengenai cuaca. Perpaduan keduanya diharapkan dapat meminimalisir dampak buruk yang diakibatkan oleh cuaca dan iklim di kegiatan pertanian.

Dwikorita dalam sambutannya juga mengingatkan mengenai masuknya awal musim hujan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada dasarian II hingga dasarian III Oktober 2021. Puncak musim penghujan, diperkirakan akan jatuh pada Januari 2022.

"Menjelang akhir tahun 202, di bulan Oktober saat ini juga telah terdeteksi terjadinya La Nina lemah yang berdampak ke Wilayah Indonesia, diprakirakan akan terus menguat di bulan November - Desember menjadi La Nina Moderat di akhir tahun 2021 hingga Februari 2022. Seperti akhir tahun lalu hingga awal tahun ini, Fonomena La Nina ini berdampak pada peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, yang diprediksi dapat mencapai 20 hingga 60 persen di atas normalnya musim penghujan. Hal ini tentunya dapat meningkatkan potensi bencana hidrometeorologi seperti angin kencang, banjir, banjir bandang dan tanah longsor ", ucap dia.

"Hal tersebut perlu disikapi dengan tepat oleh segenap masyarakat, terlebih para petani, sehingga kondisi hujan yang berlebih tidak menimbulkan kerugian bagi pertanian," kata dia.

Dwikorita berharap SLI Tematik yang digelar selama satu hari penuh ini bisa menjadi wadah belajar dan diskusi para petani dan pemangku kepentingan terkait. SLI Tematik ini digelar secara tatap muka dengan mematuhi protokol kesehatan untuk memutus rantai Covid-19. Kegiatan ini diikuti setidaknya 50 petani dari Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A/GP3A) di Kapanewon Sentolo. Dengan SLI Tematik ini para petani diharapkan bisa mengoptimalkan kondisi iklim dan mengantisipasi potensi banjir dan kekeringan. Para petani yang ikut serta akan diajak mempelajari iklim dengan metode learning by doing.

Sementara itu, anggota DPR RI, Sukamto, menyambut baik SLI Tematik di Kelurahan Sukoreno. Ia juga telah meminta kepada otoritas pertanian Kulon Progo untuk berkoordinasi dengan BMKG sehingga bisa memanfaatkan data-data iklim BMKG sehingga meningkatkan hasil pertanian.Menurut dia, SLI Tematik sangat bermanfaat untuk mengembangkan pertanian ke arah yang lebih produktif.

Selanjutnya, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Dodo Gunawan mengatakan SLI mendorong pemanfaatan informasi iklim dapat dioptimalkan untuk sektor pertanian. Beberapa pemanfaatan info iklim itu seperti untuk penyusunan pola tanam, serta pengaturan tata kelola air secara baik dan maksimum. Info prakiraan hujan juga disebut dapat meningkatkan mitigasi gangguan cuaca.

"Info hujan dapat digunakan untuk kegiatan ekonomi kemasyarakatan. Ekonomi juga terkait kebencanaan. Hujan menyertai banjir longsor dan seterusnya tentu harus diantisipasi," kata dia.

Staf Ahli Bupati Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Eka Pranyata mengatakan bahwa permasalahan sekarang adalah terdapat jarak pemanfaatan info iklim dari BMKG kepada publik, terutama petani. Dikatakan, saat ini data dan informasi dari BMKG sudah sangat gencar melalui media sosial. Karenanya, hal ini menuntut masyarakat untuk dapat membaca informasi tersebut agar tidak ada jarak maupun miss persepsi. Maka Sekolah Lapang ini merupakan langkah jitu untuk menghilangkan jarak dan mencegah mispersepsi (*)

Biro Hukum dan Organisasi
Bagian Hubungan Masyarakat

Instagram : @infoBMKG
Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG
Facebook : InfoBMKG
Youtube : infoBMKG
Tiktok : @infoBMKG

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024