BMKG: Siklon Tropis Teratai Terbentuk di Dekat Wilayah Indonesia, Begini Dampaknya

  • Ibrahim
  • 01 Des 2021
BMKG: Siklon Tropis Teratai Terbentuk di Dekat Wilayah Indonesia, Begini Dampaknya

Sesuai dengan informasi sebelumnya yang disampaikan melalui pressconference secara online pada tanggal 01 Desember 2021 pukul 17.00 wib terkait potensi peningkatan sistem siklon tropis di dekat wilayah Indonesia, BMKG menyatakan bahwa sistem Siklon Tropis TERATAI telah terbentuk di wilayah tanggung jawab Jakarta Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) pada tanggal 01 Desember 2021 pukul 19.00 WIB. Siklon Tropis TERATAI merupakan sistem siklon yang berkembang dari bibit siklon 92S yang mulai teridentifikasi sejak tanggal 30 Nopember 2021 di sekitar Samudera Hindia Baratdaya Bengkulu dengan pegerakan ke arah tenggara-selatan.

Siklon Tropis TERATAI mulai terbentuk di sekitar Samudera Hindia sebelah baratdaya Lampung, tepatnya di posisi 9.5 LS 101.9 (sekitar 600 km sebelah barat daya Tanjung Karang) BT pada tanggal 01 Desember 2021 pukul 19.00 WIB. Kecepatan angin maksimum di sekitar sistemnya mencapai 40 knot (75 km/jam) dengan tekanan udara di pusatnya mencapai 1000 hPa. Sistem Siklon Tropis TERATAI bergerak ke arah barat-barat daya menjauhi wilayah Indonesia.

Dalam periode 24 jam kedepan, keberadaan sistem Siklon Tropis TERATAI ini dapat berdampak secara tidak langsung pada kondisi cuaca sebagai berikut;

  • Potensi Hujan intensitas Sedang - Lebat dapat disertai kilat/petir/angin kencang di wilayah Bengkulu, Lampung, Banten, dan Jawa Barat.
  • Potensi angin kencang dapat terjadi di wilayah Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat.
  • Tinggi gelombang 2.5 - 4.0 meter : Perairan barat Lampung, Selat Sunda bagian selatan dan barat, Perairan selatan Banten, Samudera Hindia Selatan Banten hingga Jawa Barat.
  • Tinggi gelombang 4.0 - 6.0 meter : Samudera Hindia barat Lampung.

Untuk memperkuat informasi peringatan dini potensi cuaca ekstrem di level daerah, STASIUN BMKG wilayah Propinsi secara aktif melakukan diseminasi informasi peringatan dini potensi cuaca ekstrem dan koordinasi dengan pihak terkait.

BMKG melalui Jakarta TCWC terus melakukan pemantauan perkembangan sistem siklon tropis tersebut dan aktivitas dinamika atmosfer lainnya beserta potensi dampak cuaca ekstremnya. Terkait dengan potensi cuaca ekstrem tersebut, BMKG menghimbau untuk:

  1. Menghindari kegiatan pelayaran di wilayah perairan yang terdampak.
  2. Menghindari daerah rentan mengalami bencana seperti lembah sungai, lereng rawan longsor, pohon yang mudah tumbang, tepi pantai, dan lainnya.
  3. Mewaspadai potensi dampak seperti banjir/bandang/banjir pesisir, tanah longsor terutama di daerah yang rentan.
  4. Stakeholder terkait untuk terus mengintensifkan koordinasi dalam rangka antisipasi bencana hidrometeorologi

Bagi masyarakat yang hendak memperoleh informasi terkini, dapat langsung mengakses:

  • Website https://www.bmkg.go.id,;
  • Follow twitter @infobmkg;
  • Aplikasi iOS dan android "Info BMKG";
  • atau dapat langsung menghubungi kantor BMKG terdekat.

Jakarta, 01 Desember 2021

Deputi Bidang Meteorologi
Guswanto

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024