BMKG Serahkan Sensor Peringatan Dini Gempa untuk Banten dan Pandeglang

  • Rozar Putratama
  • 15 Agu 2019
BMKG Serahkan Sensor Peringatan Dini Gempa untuk Banten dan Pandeglang

Jakarta, (15/8) Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyerahkan secara simbolik sensor sistem peringatan dini gempa EEWS (Earthquake Early Warning System) kepada Pemprov Banten dan Pemkab Pandeglang Rabu (14/8/2019).

Penyerahan sensor EEWS kepada Pemprov Banten diterima oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Banten Al Muktabar di Lapangan Hotel Marbella Anyer, saat pelaksanan acara puncak Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) Tsunami 2019, dengan disaksikan oleh Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo.

Adapun penyerahan sensor EEWS kepada Pemkab Pandeglang diterima oleh Bupati Pandeglang Irna Narulita, di sela-sela kegiatan simulasi evakuasi mandiri tsunami di Shelter Tsunami, Labuan, Pandeglang, Banten.

Dalam kesempatan itu, Kepala BMKG juga menyempatkan untuk meninjau salah satu lokasi instalasi sensor EEWS yang terletak di Kompleks Pelabuhan Labuhan, Pandeglang, Banten.

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami, Rahmat Triyono, S.T., Dipl. Seis, M.Sc. mengatakan dalam tahap awal ini sebanyak 10 sensor EEWS akan dipasang di wilayah Provinsi Banten, guna mendeteksi secara dini gempa kuat yang bersumber di zona megathrust selatan Jawa Barat, Banten, Selat Sunda, serta sesar aktif di daratan.

Rahmat menuturkan BMKG kini memasuki era baru melakukan lompatan kemajuan dengan pengoperasian peringatan dini gempa bumi di Indonesia (Indonesia Earthquake Early Warning System-InaEEWS).

"Sistem ini akan memberikan informasi "lebih dini", sekitar 15 s/d 30 detik "sebelum dirasakan guncangan gempa kuat" melanda suatu kawasan," ujar Rahmat. Sistem ini tidak saja bermanfaat bagi masyarakat untuk bertindak lebih cepat menyelamatkan diri dari gempa, tetapi, lanjut Rahmat, juga dapat "mengamankan objek vital" berbasis respon instrumen, misalnya sistem transportasi cepat dan industri penting dapat dinon-aktifkan ("shut down") beberapa detik lebih awal sebelum gempa menibulkan kerusakan.

Lebih lanjut Rahmat menuturkan sistem ini tidak bertujuan untuk meramal kapan terjadi gempa, tetapi lebih kepada memberi peringatan kepada masyarakat bahwa akan terjadi gempa signifikan dalam hitungan beberapa detik hingga beberapa puluh detik ke depan. "BMKG berpandangan bahwa peringatan dini gempa meskipun dalam hitungan detik sebelum terjadi gempa akan sangat berarti untuk menyelamatkan nyawa manusia dan infrastruktur penting," imbuh Rahmat.

Konsep dasar EEWS menggunakan "end to end" system, tutur Rahmat , yang mampu memberikan peringatan dini gempa kuat kepada masyarakat. "EEWS mencakup 3 sistem, yaitu: Pertama adalah sistem monitoring yang mendeteksi gempabumi di hulu, kedua adalah sistem pemrosesan data secara otomatis yang mengolah data secara cepat dalam hitungan detik, dan ketiga adalah sistem diseminasi penyebarluasanan informasi/peringatan dini di hilir, ditujukan kepada masyarakat yang disertai saran untuk menyelamatkan diri,"lanjut Rahmat.

Rahmat menjelaskan, "ujicoba" pembangunan sistem ini akan dilaunching Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Duta Besar China dan Pimpinan dari "Institute of Care Life of China", pada tanggal 15 Agustus 2019. Untuk tahap selanjutnya, kata Dia, akan dipasang 190 unit sensor yang akan dikonsentrasikan di wilayah potensi gempabumi terutama untuk memonitor zona-zona megathrust dan patahan aktif, yaitu di Sumatra Barat, Lampung, Jawa Barat, dan Banten. Bilamana ujicoba ini berhasil maka akan dikembangkan secara masif di seluruh wilayah Indonesia.

"Adapun teknologi EEWS yang merupakan "joint cooperation" antara Pemerintah China dan Pemerintah Indonesia ini mengacu kepada sistem EEWS di Negara China,"ujar Rahmat. Informasi yang diberikan oleh sistem peringatan dini gempa ini mencakup: (1) estimasi intensitas gempa, (2) waktu tiba gelombang S, (3) estimasi magnitudo gempa, dan (4) lokasi episenter gempa.*

Bagian Hubungan Masyarakat
Biro Hukum dan Organisasi

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024