BMKG: Selama 3 Hari Terakhir, Terjadi 8 Kali Gempa Dirasakan di Wilayah Indonesia

  • Ibrahim
  • 27 Mar 2020
BMKG: Selama 3 Hari Terakhir, Terjadi 8 Kali Gempa Dirasakan di Wilayah Indonesia

Dalam 3 hari terakhir wilayah Indonesia diguncang 8 kali gempa tektonik signifikan. Disebut signifikan kerena guncangan gempa tersebut dirasakan oleh masyarakat yang berdekatan dengan pusat gempa.

Aktivitas gempa tektonik ini terjadi karena dipicu oleh adanya aktivitas sumber gempa, baik sumber gempa subduksi lempeng maupun sesar aktif yang tersebar di beberapa daerah seperti Selatan Selat Sunda, Selatan Jawa Timur, Selatan Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Maluku Utara, dan Papua.

Di bawah ini adalah urutan aktivitas gempa signifikan yang terjadi selama 3 hari terakhir. Diawali pada hari Rabu, 25 Maret 2020 di wilayah Indonesia tercatat terjadi 4 (empat) kali gempa tektonik dirasakan, yaitu (1) Gempa Jailolo yang dipicu sesar aktif berkekuatan M=2,1 pada pukul 16.54.42 WIB, (2) Gempa Yahukimo, Papua akibat aktivitas Sesar Naik Pegununan Tengah berkekuatan M=4,5 pada pukul 17.54.36 WIB, dan (3) Gempa Ende, NTT, akibat aktivitas sesar aktif berkekuatan M=3,3 pada pukul 16.23.36 WIB.

Sedangkan pada hari Kamis, 26 Maret 2020 terjadi 2 (dua) kali gempa tektonik dirasakan, yaitu (1) Gempa Selatan Selat Sunda yang dipicu sesar Mentawai berkekuatan M=4,2 pada pukul 16.23.36 WIB dan (2) Gempa Mindanao, Filipina, akibat aktivitas subduksi lempeng di Palung Cotabato berkekuatan M=6,1 yang berdampak berupa guncangan hingga dirasakan hingga di sebagian wilayah Provinsi Sulawesi Utara pada pukul 22.38.03 WIB.

Hingga siang hari ini Jumat 27 Maret 2020 BMKG sudah mencatat 3 (tiga) kali gempa tektonik dirasakan, yaitu: (1) Gempa Sarmi di Papua yang dipicu oleh Sesar Naik Mamberamo berkekuatan M=5,8 pada pukul 04.36.43 WIB, (2) Gempa Barat Daya Jember yang dipicu aktivitas sesar dasar laut berkekuatan M=4,9 pada pukul 03.34.16 WIB, dan (3) Gempa Wajo, Sulawesi Selatan, yang dipicu aktivitas Sesar Walanae berkekuatan M=4,9 pada pukul 04.58.58 WIB.

Seluruh gempa dirasakan ini belum sampai menimbulkan kerusakan. Sebagian besar memiliki skala intensitas antara II hingga III MMI (Modified Mercally Intensity), yang artinya guncangan sudah dirasakan oleh masyarakat seolah ada truk yang berlalu.

Sementara itu, hingga hari ini aktivitas gempa susulan di selatan Bali masih berlangsung. BMKG mencapat sejak terjadi gempa utama (mainshock) berkekuatan M=6,3 pada 19 Maret 2020 lalu, hingga hari ini 27 Maret 2020 pukul 00.00 WIB tercatat telah terjadi aktivitas gempa susulan sebanyak 54 kali.

Meningkatnya aktivitas kegempaan akhir-akhir ini tentunya patut diwaspadai oleh kita semua, mengingat peristiwa gempa kuat dapat terjadi kapan saja, sewaktu-waktu,dan hingga saat ini belum dapat diprediksi.

Untuk itu, masyarakat perlu memahami cara selamat saat terjadi gempa bumi dan tsunami, dengan menyiapkan bangunan aman gempa dan tata ruang pantai berbasis risiko bencana tsunami.*

Jakarta, 27 Maret 2020

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG
RAHMAT TRIYONO, S.T., Dipl.Seis., M.Sc.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024