BMKG Dukung Peningkatan Produktivitas Pertanian Melalui Sekolah Lapang Iklim

  • Hatif Thirafi
  • 09 Jul 2019
BMKG Dukung Peningkatan Produktivitas Pertanian Melalui Sekolah Lapang Iklim

Temanggung - BMKG mengadakan Sekolah Lapang Iklim (SLI) tahap 3 di Kabupaten Temanggung yang diikuti oleh kelompok petani unggulan dari Kecamatan Kedu sejumlah 25 orang, Selasa (9/7). SLI sendiri merupakan langkah kongkret BMKG dalam memperkuat kapasitas sektor pertanian terhadap dampak perubahan iklim yang sedang dan akan terjadi.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan bahwa sejak tahun 2011 pemerintah memandang perlu menyikapi tantangan iklim ekstrim terkait dengan ketahanan pangan nasional, sehingga diterbitkanlah Instruksi Presiden No 5/2011 tentang "Pengamanan produksi beras nasional dalam menghadapi kondisi iklim ekstrim" yang melibatkan 36 Kementerian/Lembaga di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/Kota.

"Terkait hal tersebut BMKG bertugas memberikan informasi peringatan dini iklim ekstrim serta mendiseminasikannya ke instansi terkait, khususnya Kementerian Pertanian. Mandat tersebut diperkuat dengan pencanangan Nawacita juga menekankan pentingnya Kemandirian Negara dalam swasembada pangan oleh Presiden Joko Widodo." ungkap Dwikorita.

Lanjut Dwikorita, BMKG sejak tahun 2011 telah menyelenggarakan kegiatan SLI secara bertahap di provinsi sentra pangan Indonesia sebagai bentuk pendekatan literasi iklim guna mengurangi resiko iklim ekstrim.

Literasi tersebut kata Dia berupa pelatihan dalam bentuk konsep dan praktek/simulasi yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keaksaraan petani tentang isi informasi iklim dan pemanfaatannya di bidang pertanian.

Dalam kegiatan SLI tahap 3 ini, para kelompok tani dibimbing untuk menerapkan pola bercocok tanam berdasarkan saran dan rekomendasi penyuluh lapang pertanian. Ada dua varietas padi yang digunakan, yaitu Padi Situ Bagendit dan Ciliwung. Mereka juga dibekali info kondisi iklim yang sedang terjadi pada satu musim tanam dari tim BMKG. Evaluasi pun rutin dilakukan setiap 10 hari (1 dasarian) untuk memonitor kondisi tanaman dan pertumbuhan hama sesuai dengan data lapang iklim.

Dalam proses budidayanya, terdapat beberapa hama penyakit yang menyerang berupa belalang, walang sangit, blast, jamur, ulat daun, penggerek batang, wereng hijau, tikus dan burung emprit. Dari beberapa hama penyakit tersebut, hampir semua bisa teratasi sesuai arahan PPL dan POPT. Beberapa hama menggunakan perlakuan khusus dalam pengendaliannya. Hama Tikus dengan pemasangan Trap Barrier System (TBS) berupa mulsa plastik yang dilengkapi perangkap. Sementara hama burung emprit dengan menggunakan jaring. Kerusakan terbesar diakibatkan oleh hama burung yang menyebabkan kerusakan kehilangan bulir padi hampir 10%.

Dwikorita menjelaskan berdasarkan 3 (tiga) sampel ubinan yang telah dilaksanakan oleh BPS Kabupaten Temanggung, diperoleh hasil pertanian terendah sebesar 6.2 Ton/Ha dan tertinggi sebesar 7.8 Ton/Ha dengan rata-rata produktivitas adalah 6.8 Ton/Ha.

Mengingat beberapa serangan hama yang pernah terjadi, imbuh Dwikorita apabila dibandingkan dengan Tahun 2018, hasil produktivitas Sekolah Lapang Iklim BMKG masih lebih tinggi dari rata-rata Kabupaten sebesar 6.2 Ton/Ha dengan kenaikan produksi 9.7% dan rata-rata Kecamatan sebesar 6.1 Ton/Ha dengan kenaikan produksi 11.5%.

Dwikorita menuturkan Dari beberapa kegiatan SLI Tahap 3 secara nasional menunjukkan peningkatan produktivitas pertanian hingga 30% dibandingkan rata-ratanya. Hal ini menunjukkan adanya manfaat dari kegiatan SLI terhadap aktivitas kelompok tani, dan pertanian nasional secara umum.

Biro Hukum dan Organisasi
Bagian Hubungan Masyarakat

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024