Aktif Update di Media Sosial, BMKG Sabet Dua Kategori GSM Award 2019

  • Rozar Putratama
  • 01 Okt 2019
Aktif Update di Media Sosial, BMKG Sabet Dua Kategori GSM Award 2019

Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meraih dua penghargaan dalam Government Social Media Award 2019 sebagai Most active dan Best Collaboratoon yang berlangsung di Auditorium Perpustakaan Nasional, Jakarta pada Selasa (24/9). Penghargaan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan Government Social Media Summit (GSMS) yang digagas oleh Awrago bersama Kantor Staf Presiden RI dan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI.

"Prestasi ini tak lepas dari bimbingan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI dan khususnya seluruh pegawai BMKG dalam memberikan inovasi layanan yang lebih informatif dan berkualitas dengan basis digital," ungkap Kepala Pusat Jaringan Komunikasi, Gregorius Setyadhi Budhi, SE, MT usai menerima penghargaan di Jakarta.

Menurut Dia, media sosial pada era 4.0 sangat penting sebagai medium penyebarluasan informasi. Melalui media sosial, lanjut Gregorius, diharapkan dapat membantu penyebaran informasi secara cepat, tepat, luas, dan tentunya mudah dipahami.

Gregorius menuturkan agar informasi di media sosial menarik, harus ada inovasi dan kreativitas dari kemasan, dan konten dalam pengelolaan media sosial.

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja komunikasi publik pemerintah melalui media sosial, kemudian menghasilkan referensi standar dalam pengelolaan media sosial milik kementerian, lembaga dan pemerintah daerah. Proses seleksi nominasi berlangsung dari Agustus 2018 - Juli 2019 melalui analitik media sosial dari 5,8 juta data yang diantaranya 909 ribu akun Facebook, 2,5 juta akun Twitter, 238 ribu tagar Twitter, 2,1 Juta akun Instargam dan 88 ribu tagar Instagram.

Pada GSM Award 2019 BMKG meraih dua penghargaan, yang pertama dalam kategori Most Active, dengan jumlah 13 ribu posting dalam periode satu tahun. Kemudian Best Collaboration dengan kata kunci perubahan iklim bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Indonesia, LIPI, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia, Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Keuangan, Pemprov DKI Jakarta, BPNB dan KKL.

Bagian Hubungan Masyarakat
Biro Hukum dan Organisasi

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024